• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Wirga Wirgunatha

Carpe Diem


Tumben aku memiliki perbincangan yang begitu sentimental dengan seseorang, tentang bagaimana dia kehilangan teman-temannya. Saat itu aku dan dia sedang mengunjungi sebuah tempat wisata dengan pemandangan alam yang kegitu indah. Berada di tempat seperti ini selalu mampu membuat manusia merasa melankoli dan kembali pada nilai-nilai dasarnya, bahwa seseorang ingin untuk dimengerti, bahwa seseorang perlu orang lain untuk menemaninya, bahwa seseorang memerlukan teman. Begitu pula cerita tentang teman mengalir melalui mulutnya dan kami terbawa pada obrolan hingga perenungan yang dalam.

Dia bercerita tentang masa kecilnya dulu saat sekolah dasar. Saat itu dia memiliki beberapa teman perempuan yang begitu akrab dengannya. Walaupun masih kecil, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Hubungan antar keluarga juga sangat baik sehingga pertemanan mereka tetap terjaga. Namun semua berubah saat mereka harus berpisah karena berbeda SMP. Mereka semakin jarang lagi bertemu dan pada akhirnya mereka tidak lagi saling menghubungi. Bahkan sekarang pada saat komunikasi sudah semakin mudah, namun tidak mudah untuk membangun kembali hubungan pertemanan yang dulu tersebut.

Awal SMP, dia merasa ragu bisa memiliki teman seakrab yang dia miliki dulu. Namun seiring dengan berjalannya waktu, ada beberapa teman yang memiliki kecocokan dengannya dan mereka mulai akrab. Seperti halnya teman baik, mereka melakukan banyak hal bersama, bermain, belajar, dan saling mengutarakan isi hati. Layaknya remaja yang mulai mengenal cinta, pertemanan dia dan temannya harus berguguran satu demi satu karena seseorang lainnya. Dia diharuskan memilih antara cinta dan pertemanan. Dan begitulah terkadang kita sering bingung, apabila itu cinta kenapa kita harus merasa tidak bahagia. Pada saat itu dia harus kehilangan lagi teman-temannya.

Waktu kembali berlalu, dia menjalani SMA dengan tidak memiliki teman yang begitu akrab lagi. Ada teman yang diajak berbagi, namun itu seperti datang dan pergi. Tak ada yang benar menetap sehari-hari. Hingga akhirnya kuliah dan sekarang dia akhirnya menemui mereka yang benar-benar bisa saling mengerti. Hingga sekarang dia mencoba mempertahankan hubungannya dengan orang-orang tersebut, yang akan diajak untuk berbagi dalam suka dan duka.

Disana aku menyadari, bahwa setiap orang membutuhkan teman dalam hidupnya. Dan teman tersebut, seperti halnya banyak sesuatu berharga di dunia ini, mesti diusahakan dan dipertahankan. Kita tidak bisa hanya diam saja sambil berharap mereka akan tetap tinggal di hidup kita. Kita harus mau mendengar lebih, membantu lebih, dan memberi lebih sesuatu juga kepada mereka, jangan hanya kita yang mengharapkan mereka ada untuk hidup kita.

Bahkan ada seseorang yang mengatakan penting untuk menyisihkan sedikit uang, waktu, dan tenaga kita untuk teman-teman kita. Bukan masalah harganya, tapi maknanya, bahwa kita rela mengorbankan apapun demi pertemanan kita tersebut. Kembali lagi, kita tidak bisa memperbaiki sesuatu yang sudah berlalu dan tak guna juga menyesalinya. Yang perlu kita lakukan adalah terus berjalan ke depan, memperbaiki atau memulai sebuah hubungan pertemanan, dan mempertahankan hubungan tersebut.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

"Rayakanlah sekecil apapun itu hal yang kita kerjakan, walaupun hanya dengan secangkir kopi”.

Saat itu langit sudah mulai gelap, matahari pulang ke peraduan sementara aku masih bertukar satu dua obrolan dengan temanku ini. Saat itu kami telah selesai mengerjakan sedikit makalah dan dia menawarkan untuk menyeduh dua cangkir kopi untuk kami nikmati berdua. Saat itu dia berkata, “Ada seorang guru yang memberi saya prinsip hidup yaitu ‘kerjakan, selesaikan dan rayakan’. Terkadang kita terlalu sibuk mengerjakan, memaksa diri sendiri, sementara lupa untuk merayakan setiap pencapaian tersebut. Maka mari kita rayakan hari ini walau hanya dengan secangkir kopi.” Lalu kami berdua tertawa, dalam hati aku menyetujui apa yang dikatakan temanku tersebut.

Sambil menikmati secangkir kopi, aku merasa telah menghargai diriku sendiri dengan sebuah perayaan. Bahwa tidak harus melakukan atau mencapai sesuatu yang besar untuk membuat sebuah perayaan. Tidak harus sampai sukses, mendapatkan penghargaan, menghasilkan karya, terkenal, atau memiliki tubuh yang sempurna untuk membuat perayaan. Kita bisa merayakan apapun itu yang kita lakukan setiap hari, mulai dari pencapaian terkecil apapun seperti telah berhasil bangun pagi, berolahraga, berbuat baik pada orang tua, menaati peraturan, atau yang lainnya. Rayakan apapun itu keberhasilan kita, untuk memberi penghargaan pada diri sendiri.

Begitu pula, merayakan sesuatu tidak harus dengan yang megah, seperti di tempat mahal, bersama orang penting, atau dengan makanan yang mewah, tidak harus. Kita bisa merayakannya sesederhana mungkin, bahkan sendiri sekalipun. Kita bisa merayakannya dimana saja dan dengan apa saja. Tidak perlu memaksakan diri untuk membuat sebuah perayaan yang besar karena yang terpenting bagaimana kita meresapi perayaan tersebut.

Akhirnya, kita bisa merayakan setiap hal yang kita lakukan baik besar ataupun kecil. Kita bisa merayakannya dengan mewah atau sederhana. Tentu banyak hal yang bisa kita rayakan dalam hidup ini, bahkan kita bisa merayakan karena telah melewati satu hari yang telah berlalu, bahwa kita masih hidup. Dan aku merayakan hari ini dengan secangkir kopi bersama temanku ini.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Jika jiwa adalah sesuatu yang membuat kita hidup, apakah orang dengan gangguan jiwa tak layak untuk hidup?

Jika kebahagiaan berasal dari pikiran kita, lalu bagaimana dengan mereaka yang pikirannya terganggu, apakah mereka tidak bisa merasakan bahagia?

Ingatanku melayang saat melihat seorang anak dengan down sindrom di televisi, kembali pada saat-saat dimana aku menjadi relawan di sebuah yayasan untuk anak berkebutuhan khusus di daerahku. Pada waktu itu aku ingin melakukan sesuatu untuk orang di sekitarku dan memberi manfaat bagi orang lain. Disana aku bertemu dengan banyak anak-anak berkebutuhan khusus dan orang tua mereka, menghabiskan waktu bersama mereka yang dikatakan “tidak normal” oleh orang lain, mereka yang disingkirkan oleh dunia, mereka yang seperti tidak diinginkan keberadaanya.

Namun aku merasakan ada kebahagiaan di tempat ini. Tempat ini menjadi rumah bagi mereka dimana mereka bisa berkumpul, bermain, belajar dengan sesamanya. Mereka senang berada di sini dan bahkan ada yang merasa sedih setiap kali waktu pulang. Dan yang terpenting mereka merasa bahwa hidup tidak hanya terdapat hal buruk, ada banyak yang bisa membuat bahagia, itu pun jika mereka bisa memikirkan hal itu. Namun yang aku lihat, dari wajah-wajah anak yang polos ini, mereka benar-benar bahagia. Ada yang menari dengan bebas, bermain dengan teman, mengerjakan kerajinan tangan, makan bersama, dan hal lainnya.

Ada hal lain juga yang membuatku tersentuh yaitu saat mereka mau dan bisa membantu teman mereka yang kesulitan. Seperti membantu mendorong kursi roda temannya yang lumpuh, menyuapkan makanan pada teman yang susah, membantu mengajari teman yang ingin mengambar, dan tidak sulit untuk melihat kebaikan yang tulus disana. Aku yakin kebaikan adalah sesuatu yang universal, dan merupakan dasar dari manusia. Bahkan pada mereka yang tidak sempurna (memang tidak ada manusia yang sempurna) masih menyimpan sifat kebaikan tersebut.

Setelah berada disana, aku baru menyadari bahwa bukanlah aku yang banyak memberikan pelajaran pada mereka, namun justru sebaliknya. Aku mendapat banyak hal yang selama ini tidak pernah ku lihat, tentang bagaimana kehidupan anak-anak yang kurang beruntung seperti mereka, tentang bagaimana orang tua tetap sayang dan mengusahan yang terbaik untuk anak mereka tersebut, tentang bagaimana kita mensykuri kehidupan, tentang bagaimana kita yang lebih beruntung ini seharusnya lebih memperhatikan mereka yang kurang ini, tentang bagaimana cara pandang terhadap kebahagiaan.

Aku kembali fokus pada televisi, menonton anak dengan down sindrom itu memeluk ibunya dengan tulus dan tersenyum bahagia. Apakah mereka benar bahagia? Ah itu tidak lagi penting bagiku untuk menjawabnya, namun aku melihat ibunya juga tersenyum memandang anaknya tersebut. Aku menyadari mungkin kebahagiaan itu hanya ada di pikiran kita, dan kebahagiaan terkadang muncul saat kita bisa menerima setiap keadaan yang ada pada diri kita saat ini. Dan dengan kondisi hidup seperti itu, mereka juga layak untuk bahagia.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

“Mereka yang ingin belajar tak bisa diusir”

Saat membaca bagian depan buku ini yang dipersembahkan untuk seorang anak miskin yang cerdas yang gagal masuk fakultas kedokteran, saya mengira buku ini akan mengisahkan banyak tentang anak tersebut dan seputar perjuangannya. Namun setelah membaca dan meresapi seluruhnya, buku ini berkisah jauh tentang hal itu, namun mencakup tentang manusia dan kehidupan ini. Tentang perjuangan hidup dan bagaimana tingkah polah manusia dalam dunia ini.

Setiap novel karya “Andrea Hirata” selalu indah dan memiliki pesan mendalam bagi setiap pembacanya, begitu pula dengan “Orang-orang Biasa” ini. Di sini menceritakan tentang sepuluh sekawan yang berteman sejak SD namun memiliki nasib yang kurang beruntung. Sejak kecil mereka selalu hidup di garis kemiskinan dan mesti berjuang susah payah untuk melanjutkan hidup. Ada yang semasa tua bekerja sebagai pedagang kaki lima, supir, penjual buku, guru honorer, buruh di pelabuhan, dan lainnya. Namun, mereka memiliki hati yang tulus untuk membantu sesama dan mereka jujur dalam menjalankan pekerjaannya.

Dikisahkan juga tentang inspektur polisi bersama sersannya yang menjaga keamanan Kota Belantik dengan sangat tegas. Melalui pengisahan yang klasik, di ceritakan mereka sebagai sosok polisi yang tidak bisa di suap bagaimanapun caranya, serta memiliki etos kerja yang tinggi baik itu pagi siang dan malam. Serta ada juga beberapa orang jahat yang sudah berperilaku buruk semenjak SD hingga dewasa. Dengan kejahatan itu mereka bisa menghasilkan uang dengan cara-cara yang tidak benar, seperti memanfaatkan kekuasaan di pelabuhan dan melakukan praktik pencucian uang di toko batu mulia.

Konflik berawal saat anak dari salah seorang dari sepuluh sekawan yang bernama Aini, yang dengan berbagai usaha kerasnya berhasil menembus sekolah kedokteran. Namun karena kondisi ibunya yang sangat miskin, dia tak mampu membayar biaya sekolah tersebut. Mendengar hal itu, sembilan orang temannya ingin membantu kesulitannya tersebut dan akhirnya mereka merencanakan untuk merampok sebuah bank.

Banyak hal berlalu, akhirnya dengan kepandaian dari salah seorang temannya tersebut, mereka berhasil merampok uang miliaran dari hasil cuci uang toko batu mulia milik teman SD mereka dulu. Namun kembali lagi, karena ketulusan hati mereka, mereka tak menggunakan uang haram tersebut dan memilih untuk meminjam dari berbagai tempat. Cerita diakhiri dengan tertangkapnya para penjahat oleh inspektur polisi dengan bantuan dari orang-orang biasa ini.

Dari kisah ini, memang terkadang ada banyak hal tak adil dalam hidup ini, tentang bagaimana orang miskin semakin susah dan orang kaya semakin serakah. Namun tentu harta bukan satu-satunya hal yang penting dalam hidup ini. Kita diajarkan tentang ketulusan, kejujuran, kesederhanaan, dan semua hal baik yang ada di dunia. Karena dengan hal tersebut, waktu terkadang akan menunjukkan jalannya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Saat itu aku sedang mengobrol dengan seorang teman yang sudah lama mengikuti kegiatan yang bergerak di bidang sosial. Dia beberapa tahun juga membantu sebuah yayasan yang menyediakan wadah bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk bisa menjalankan hidup seperti anak normal lainnya. Dirinya terpanggil untuk membantu orang yang ada di sekelilingnya, dia mencoba untuk tak lagi hanya mengurus diri sendiri, tapi juga orang lain dan lingkungan.

Dalam obrolan itu, dia memberiku sebuah nasehat, “Dek, dalam hidup kita harus menata diri sendiri dulu, baru menata keluarga, menata lingkungan, dan yang terakhir menata negara”. Cukup lama aku memikirkan yang dia katakan dan akhirnya aku sangat setuju dengan pernyataan tersebut. Pertama kita harus bisa menata diri sendiri dulu, mengisi diri dengan banyak hal baik. Kita harus bisa mengenal diri sendiri dan mengecamkan nilai-nilai apa yang ingin kita berikan dalam hidup ini. Seperti bagaimana kita akan menjalani hidup, apa tujuan hidup kita. Begitu pula kita harus memiliki komitmen dalam setiap hal yang kita kerjakan. Setiap hari mengerjakan sesuatu yang bermanfaat dan memiliki rutinitas yang baik. Tempa diri setiap hari untuk terus berkembang dan jangan lupa untuk mencintai diri sendiri.

Barulah setelah kita selesai menata diri sendiri, atau setidaknya memiliki kesadaran diri yang cukup kita mulai melangkah untuk menata hal yang ada di sekitar kita. Di mulai dengan menata keluarga, baik orang tua dan saudara-saudara kita, juga keluarga kita di masa depan. Kita curahkan cinta dan perhatian kepada keluarga karena mereka lah orang-orang terdekat kita, yang bisa kita bantu dan mintai bantuan saat susah. Bangun keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan selesaikan setiap permasalahan yang ada. Mungkin tidak akan mudah, namun yakinlah saat kita tidak lagi fokus pada diri sendiri maka kita akan mengutamakan kebaikan bersama.

Setelah kita berhasil di keluarga, menata keluarga dengan baik, lalu kita mulai menata lingkungan kita, dimulai dari yang paling kecil hingga luas. Kita mulai menata orang di sekitar, teman, kerabat, orang-orang di lingkungan desa sampai negara bahkan dunia. Kita mulai meningkatkan jiwa sosial kita dengan membantu sekecil apapun itu orang-orang yang membutuhkan bantuan kita dan membuat dunia tempat yang lebih baik. Kita juga bisa dengan selalu memberi contoh positif bagi orang-orang yang ada di sekitar kita.

Begitulah apabila kita sudah berhasil menata diri sendiri, maka akan lebih mudah menata apa yang ada di sekitar kita. Sering ada yang belum selesai dengan dirinya namun sudah memilih berkeluarga, maka yang ada ialah perselisihan bahkan perceraian. Begitu juga ada yang memilih langsung menata lingkungan atau negara dengan menjadi pemimpin, maka dia tidak akan tulus melayani orang lain karena dia masih mementingkan diri sendiri. Banyak kita temui contoh seperti ini yang malah memberikerugian bagi banyak pihak.

Akhirnya aku sadar, aku terlalu banyak melamun sementara temanku memandangiku dari tadi. Aku hanya tersenyum lalu melanjutkan obrolan kami. Dalam hati aku bertekad untuk terus menata diri sendiri lagi.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

“People have easily captured every moment so they forget to enjoy it.”

Aku menulis tentang ini saat menyadari banyak hal yang berubah pada kehidupan kita saat sekarang. Semenjak kita bisa dengan mudah mengabadikan setiap kejadian atau hal yang kita lakukan, kita jadi jarang meresapi dan menikmati kejadian tersebut. Kita menyibukkan diri untuk mengambil sebanyak-banyaknya gambar, tapi lupa untuk merasakan dimana kita berada pada saat itu.

Paling sering kita alami saat berkunjung ke sebuah tempat yang indah, baik sendiri ataupun bersama orang lain. Setelah berada disana, kita langsung mengambil kamera atau HP untuk mengabadikan setiap pemandangan disana lalu langsung beranjak pergi. Kita tak membiarkan diri ini untuk berdiam sejenak, menikmati sejuknya udara di sana, angin yang berhembus, tetesan air hujan, suara burung saling bersahutan, awan bergelantungan, bukit nan indah sejauh mata memandang. Mata kita hanya terfokus pada sebuah layar kecil dan melupakan apa yang ada di sekitar kita, bahkan untuk sekadar diam saja tidak bisa. Kita tak bisa merasakan sietiap hal yang ada di sekita kita itu jika hanya terpaku pada gambar yang kita ambil karena pengalaman itu harus dirasakan dan diresapi oleh diri sendiri. Jika hanya terpaku pada gambar, kita tak akan pernah bisa menikmati suasana tempat kita berada tersebut.

Tidak bisa dipungkiri memang seiring dengan semakin mudahnya kita mengabadikan sesuatu tersebut membuat kita selalu ingin menyimpan setiap kejadian yang terjadi. Baik untuk diri sendiri atau membagikannya kepada dunia melalui media sosial atau lainnya. Sepertinya sudah menjadi kewajiban untuk menunjukkan kepada orang banyak tentang pencapaian kita tersebut, seolah itulah sumber kebahagiaan pada masa sekarang ini. Kita bahagia apabila bisa membagikan banyak momen ke media sosial, entah saat sedang bepergian ke luar negeri, makan di tempat mewah, bertemu orang penting, membeli barang baru, atau yang lainnya. Tanpa perlu berpikir untuk meresapi setiap momen yang telah kita ambil tersebut.

Mungkinkah kita terlalu tenggelam dalam perkembangan teknologi atau sesuatu digital tersebut, sehingga tak perlu lagi tenggelam dalam momen yang kita buat? Atau kah tuntutan akan sumber kebahagiaan di masa sekarang ini yang membuat kita berlomba-lomba untuk mengabadikan momen tersebut? Sementara itu, mungkin saja karena anggapan bahwa ‘dalam hidup yang dijalani sekali ini setiap hal layak untuk diabadikan’, maka kita terus melihat bahwa setiap momen harus bisa disimpan. Namun jangan sampai kita kehilangan kesadaran untuk menikmati momen tersebut, dan kehilangan kesadaran bahwa kita hidup.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

"He who has a why to live can bear with almost any how." ~ Nietzsche

Sebuah buku tentang pencarian makna hidup ini ditulis oleh seorang dokter yang pernah mengalami masa-masa kritis saat berada di kamp pengasingan Nazi. Dalam kisahnya, Victor Frankl memanfaatkan pengalamannya selama bekerja untuk mengembangkan metode logoterapi. Di sana ia menemukan bahwa keinginan untuk menemukan makna hidup sangat penting bagi kehidupan seseorang.

Bagian pertama buku ini menceritakan pengalaman pribadi Frankl terhadap “Holocaust”. Dia menyadari bahwa sesuatu yang dia lihat dan alami di kamp pengasingan itu sangat menguras seluruh yang ada pada dirinya sehingga yang tersisa hanya penderitaan dan kehampaan. Namun dia juga menyadari bahwa walaupun di dalam penderitaan yang dalam sekalipun setiap orang masih dapat mencari makna dalam hidup.

Bagian kedua buku ini memperkenalkan tentang teori logoterapi yang ditemukan oleh Frankl. Teori ini menyatakan bahwa keinginan untuk mencari makna hidup adalah lebih fundamental bagi manusia daripada keinginan untuk kebahagiaan atau kekuasaan. Dan adalah tujuan dasar setiap manusia untuk menemukan makna dalam setiap kehidupan mereka.

Ketika ia berada di kamp pengasingan, Frankl melihat bahwa segala sesuatu dapat diambil dari manusia, baik itu kekayaan, keluarga hingga kepercayaan. Namun ada satu hal yang tidak bisa diambil yaitu keinginan seseorang untuk bersikap terhadap hidupnya. Apakah orang tersebut akan menyerah terhadap keadaan atau memilih tetap bertahan, itu semua tergantung dari orang tersebut.

Sebagian besar tahanan yang selamat dari kamp pengasingan adalah mereka yang memiliki tujuan atau makna lebih besar yang mereka perjuangkan: seperti misalnya bertemu dengan orang yang dicintai atau menyelesaikan buku yang setengah tertulis. Adanya makna hidup yang selalu dipegang teguh ini membuat orang tersebut mampu bertahan bahkan saat melihat satu-satunya ujung ialah kematian.

Makna hidup dapat dicari dari berbagai hal. Makna itu unik dan spesifik bagi setiap individu yang harus dan hanya bisa ditentukan oleh orang itu sendiri. Frankl melihat terdapat tiga sumber yang bisa dijadikan sebagai makna hidup yaitu dalam pekerjaan (melakukan sesuatu yang signifikan), dalam cinta (merawat orang lain), dan dalam keberanian selama masa-masa sulit (penderitaan). Frankl menyimpulkan dari pengalaman yang ia alami bahwa tujuan hidup, yang benar-benar membuatnya layak untuk dijalani adalah mencari makna.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Tanpa kamu sadari usiamu semakin bertambah dan dirimu semakin memudar dari dunia. Kamu berusaha melawan semua hukum semesta -bahwa suatu saat kamu akan kembali pada suatu ketiadaan - dan kamu mau hidupmu abadi, kamu ingin dirimu selalu dikenang. Namun perjalanan waktu yang terus berlalu hanya menegaskan tentang kerapuhan dirimu, tentang betapa hidupmu yang begitu singkat tak menyisakan apapun selain penyesalan dan kesedihan mendalam.

Ya kamu merasa sedih terhadap semua kenyataan dunia, bahwa suatu saat eksistensimu akan berakhir dan semua tentangmu menguap dari peradaban. Dalam perenungan kamu selalu berharap bahwa dirimu akan selalu dikenang oleh setiap jiwa yang masih berada di permukaan. Oleh orang-orang yang menyayangimu, oleh sahabat lamamu, oleh mantan kekasihmu, atau jika mungkin oleh pohon yang tumbuh di depan rumahmu. Di ujung keputusasaan kamu hanya berharap agar hidupmu bisa dikenang.

Sebuah hasrat untuk dikenang, membuat teman-temanmu membuat karya semasa masih di dunia. Ada yang melalui tulisan, membuat dirinya abadi dengan menuangkan isi pikiran ke dalam lembaran-lembaran penuh penghayatan. Tentang kehampaan hidup seseorang. Ada pula yang mengabadikannya melalui musik yang membuat orang mampu mengingatnya tiap kali mereka mendengarkan suara merdu orang itu. Ada pula yang menjadikan diri mereka kekal melalui berbagai prestasi di bidang ilmu pengetahuan atau olahraga. Nama mereka terpampang di tiap berita orang berprestasi. Atau cara lainnya yang membuat diri mereka tetap diingat oleh khalayak.

Semua kenyataan tentang orang-orang yang berusaha di dunia dengan kerja keras hanya membuatmu bertambah sedih dan pilu. Kamu merasa tidak ada yang bisa dikenang dari hidupmu kecuali kesia-siaan. Lebih parahnya lagi, kamu merasa tidak pantas untuk dikenang oleh dunia. Kamu berpikir biarlah ketiadaan menghilangkan seluruh eksistensimu hingga pada bayangan terakhir. Bahwa kamu telah sampai pada ketiadaan yang abadi.

Namun, aku tidak akan membiarkanmu menanggung semua ini. Tak perlu kamu menganggap bahwa penting untuk dikenang oleh seluruh manusia, karena aku akan selalu mengenangmu. Setiap kamu merasa kecewa terhadap dirimu, ingatlah bahwa aku selalu mempercayaimu. Ingatlah ada orang-orang yang selalu mengharapkan kehadiranmu dan mensyukuri kamu telah ada di dunia ini. Sekalipun akhirnya kamu kembali pada ketiadaan, yakinlah bahwa kamu pantas untuk dikenang.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Banyak orang yang berpikir tentang seperti apa itu hidup yang ideal. Mereka menganggap bahwa pekerjaan yang mapan, kekayaan yang berlimpah, tubuh yang indah, perjalanan spiritual, atau hal lainnya sebagai sebuah pencarian menuju hidup yang ideal hingga yang didapatkan hanya kehampaan. Hidup hanyalah seperti pencarian tiada akhir dan ujungnya hanya kekosongan. Aku mencoba membaca beberapa tulisan yang mengangkat tentang kehidupan yang ideal ini hingga menemukan satu yang cukup bagus.

Dikatakan bahwa hidup yang ideal mungkin berbeda bagi setiap orang tergantung dari apa yang diinginkan orang tersebut. Beberapa orang mungkin ingin menjadi pemain sepak bola dan mencetak banyak gol, atau yang lain mungkin ingin menjadi politisi dan menjadi presiden suatu negara atau yang lain mungkin ingin menjadi dokter dan menyelamatkan hidup orang lain. Intinya adalah bahwa setiap orang memiliki cara yang berbeda dan mungkin menginginkan jenis kehidupan yang berbeda, tetapi kebanyakan orang memiliki tujuan tertentu dalam hidup. Jadi memiliki tujuan hidup menjadi salah satu jalan dalam mewujudkan hidup yang ideal.

Sebagian besar orang setuju bahwa kehidupan yang ideal harus memiliki 3 hal di dalamnya. Hal pertama yang harus dimiliki adalah menjadi sukses di pekerjaan apa pun yang kita kerjakan. Karena itu, salah satu poin untuk hidup yang ideal adalah memiliki pekerjaan impian kita seperti yang kita harapkan ketika kita masih muda. Contohnya seperti cita-cita menjad dokter, polisi, tentara, pilot, musisi, atau pekerjaan lainnya. Sesuatu itu yang sangat kita impikan sejak dahulu dan begitu indahnya apabila kita bisa mewujudkannya.

Walaupun karier yang sukses menjadi salah satu poin terpenting dari hidup yang ideal, ada juga hal-hal penting lain seperti membangun keluarga dan memiliki anak. Seperti kita ketahui tujuan dasar setiap makhluk hidup adalah melanjutkan keturunan. Selain itu, di keluarga kita juga bisa mendapatkan begitu banyak limpahan kasih sayang. Namun membangun keluarga belum tentu menjadi rencana semua orang, meskipun merupakan salah satu hal paling umum yang akan dikatakan seseorang ketika berbicara tentang kehidupan ideal. Serta membangun keluarga dan menjadi sukses di tempat kerja, menurut beberapa orang bukan hal yang paling penting dibandingkan dengan hal yang ketiga.

Hal yang ketiga ini, yang menurut orang adalah yang paling penting, yaitu memiliki waktu untuk diri sendiri. Memiliki waktu untuk diri sendiri berarti memiliki waktu tertentu yang dapat kita isi sesuka hati tanpa keberadaan orang lain atau hal lain yang tidak menghalangi kita melakukannya. Setiap orang mengisi waktu yang berbeda, bisa dengan tidur, membaca atau melakukan hobi sendiri seperti memainkan alat musik atau memasak makanan favorit. Jadi, tidak peduli bagaimana kita mengisi waktu kita, yang terpenting ialah kita memiliki waktu untuk diri sendiri. Waktu untuk kita merenung dan meresapi kehidupan ini.

Disini aku hanya ingin menyampaikan bahwa kehidupan yang ideal dapat memiliki beragam makna bagi setiap orang, tetapi semua orang mengatakan bahwa kehidupan yang ideal harus didasari pada kebahagiaan. Dan tiga hal yang disampaikan tadi sebagai dasar dalam mewujudkan kebahagiaan dalam hidup yang ideal, bagaimanapun cara bagi tiap orang untuk mewujudkannya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Ada orang tua yang begitu mengatur kehidupan anaknya seperti apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. Mulai dari kecil anaknya sudah ditentukan akan menjadi apa kelak. Bahkan orang tua tersebut yang menentukan siapa saja yang boleh diajak bergaul oleh anaknya, jam berapa batasan boleh keluar hingga hal kecil lain dalam hidup si anak. Orang tuanya merasa bahwa adalah tanggung jawab dan hak mereka untuk mengarahkan si anak bagaimana dalam menjalani kehidupan. Maksud mereka tentu saja baik yaitu agar anak-anak mereka bisa sukses dalam kehidupan seperti orang tuanya. Orang tua sudah lebih dahulu hidup dan mengetahui semua hal tentang dunia. Karena itu mereka menganggap bahwa yang terbaik bagi anak ialah mengikuti semua perintah dari orang tuanya. Namun benarkah begitu?

Ada orang tua lainnya yang tidak terlalu membatasi keinginan anak-anaknya. Mereka dibiarkan memilih jalan hidup seperti apa yang mereka inginkan jika sudah waktunya. Sejak kecil orang tua ini memberikan pilihan-pilihan dan pertimbangan baik buruk kepada si anak agar suatu saat merekalah yang memilih akan seperti apa. Orang tua membiarkan si anak pulang malam, bergaul dengan siapa saja, mengerjakan banyak hal yang baru karena mereka percaya sepenuhnya kepada anak mereka. Bahwa kehidupan si anak ialah milik anak itu, orang tua hanya memberi masukan dan pertimbangan agar si anak tetap berjalan di jalur yang benar. Namun benarkah begitu?

Aku jadi teringat penggalan puisi dari “Kahlil Gibran”
Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life's longing for itself.
They come through you but not from you.
And though they are with you, they belong not to you.

Ada benarnya, bahwa orang tua harus bisa melihat sosok anak sebagai seorang manusia tersendiri. Bahwa mereka memiliki pilihan hidup dan dunia tersendiri. Walaupun orang tua lebih banyak tahu namun anak memiliki hak untuk belajar sendiri dan menentukan arah hidupnya. Terkadang terlalu dikekang juga tidak baik bagi psikologis si anak.

Tentu saja kembali lagi kepada bagaimana setiap orang tua memandang kehidupan di dalam setiap anak mereka. Penting untuk belajar bagaimana menjadi orang tua dan mengasuh anak dengan baik. Karena setiap orang tua tentunya ingin yang terbaik bagi anak mereka.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

“There is something in the nature of tea that leads us into a world of quiet contemplation of life.” ~Lin Yutang, The Importance of Living

Teh merupakan minuman yang digemari oleh banyak orang. Teh bisa dinikmati kapanpun baik saat sedang makan, kumpul bersama keluarga dan teman, bekerja di kantor, atau saat sedang menyendiri. Minuman ini menjadi favorit bagi semua kalangan, apapun profesinya dan berapapun usianya. Dengan tersedianya beragam jenis dan kemasan teh membuatnya bisa diminum dimana saja dan dalam kondisi apa saja. Teh memiliki rasa yang bersahabat bagi semua orang sehingga setiap yang meminumnya sangat menikmatinya.

Terlepas dari tentang teh itu sendiri. banyak hal yang dapat kita pelajari dari secangkir teh. Bukan hanya dari minuman itu, melainkan dari bagaimana kita menikmatinya. Apalagi di kehidupan modern seperti sekarang ini dimana dunia berjalan dengan begitu tergesa dan rasa kemanusiaan tak lagi tersisa. Kita terbawa dalam arus kesibukan dan kepengapan sehingga tak ada waktu untuk berhenti dan bernapas. Bagi saya, teh adalah salah satu obat terbaik untuk kesemerawutan dalam hidup.

Teh minuman yang sangat sederhana. Walaupun begitu banyak jeisnya di dunia dia tetap disebut teh dan bisa dinikmati oleh semua kalangan. Saya biasa menikmati secangkir teh saat sedang bersama keluarga saling bertukar cerita dan kehangatan. Atau bersama teman-teman saat makan siang, bercengkrama dan melepas lelah saat bekerja seharian. Atau juga saat menikmati momen seorang diri, tak ada yang dilakukan dan hanya ada saya dan secangkir teh.

Teh tidak hanya berbicara tentang ketenangan dan kesegaran yang dibawanya, tetapi juga tentang ritual yang menyertainya dan persahabatan yang muncul bersamanya. Di beberapa tempat bahkan minum teh adalah sebuah ritual atau tradisi yang sangat dihormati sebagai bagian dari peradaban.
Selalu ada waktu di setiap hari kita bisa meminum teh dengan suka cita. Mencari waktu sendiri atau bersama teman, mendengarkan musik sambil menikmati secangkir teh hingga tiba pada ketenangan dan perenungan yang mendalam. Dan tentu saja, "saya ingin seperti teh yang sederhana, dinikmati semua kalangan, menghangatkan dan menyejukkan".
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Sepertinya di masa sekarang sulit mencari orang atau teman yang bisa mendengar dengan baik apa yang ingin kita ceritakan, mendengar dengan tulus dan bukannya hanya sekadar. Terkadang bahkan kita hanya ingin didengar, tak perlu berusaha untuk bisa berkomentar atau memberi masukan karena mendengar saja sudah cukup.

Adalah sifat dasar setiap manusia ingin didengar dan dimengerti oleh orang lain. Kita mencari orang-orang yang bisa diajak berbagi dalam kondisi apapun. Ada waktu dimana kita ingin membagi setiap pengalaman yang kita miliki, entah itu dalam kondisi sedih atau bahagia. Kita ingin bercerita tentang pencapaian yang kita raih, masalah di keluarga, makanan yang kita suka, tempat yang ingin kita tuju, atau hal lainnya bahkan tentang hal sepele sekalipun. Pada saat itu, kita hanya ingin agar ada yang mendengarkan cerita kita.

Namun kenyataannya, saat kita ingin bercerita kepada seseorang, mereka tidak mendengarkannya dengan tulus. Mereka hanya mendengar seadanya, tanpa respon atau bahkan kontak mata. Parahnya, bahkan ada yang malah menanggapi pembicaraan kita dengan sok tahu bahwa dia mengetahui semua yang ingin kita bicarakan. Seolah-olah hal itu tidak begitu penting untuk didengarkan. Ada pula yang langsung memotong pembicaraan kita, tak memberi kesempatan untuk berbicara dan seolah hanya dia yang boleh didengarkan.

Mungkin hal ini karena menjadi pendengar yang baik tidak pernah diajarkan entah itu di sekolah maupun di rumah. Kita hanya dilatih untuk menjadi pembicara saja sehingga tidak tahu bagaimana mendengar dan menghargai orang lain. Padahal sebenarnya kemampuan mendengar sangat penting untuk dimiliki oleh semua orang. Mendengar dengan tulus menunjukkan bahwa kita menghormati orang yang berbicara dan dengan itu kita akan bisa belajar banyak dari orang tersebut.

Ada banyak hal penting yang sudah dianggap kecil oleh sebagian besar orang dan salah satunya ialah pentingnya menjadi pendengar yang baik. Mungkinkah karena kita sudah merasa tidak penting untuk memiliki kedekatan emosional dengan orang lain? Jika begitu, maka kita tak ubahnya seperti entitas yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Dan kemanusiaan tak ada lagi.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pada artikel kali ini saya akan membagikan beberapa tips bagi teman-teman yang suka mendaki gunung, mulai suka mendaki gunung, atau yang akan suka mendaki gunung (intinya bagi teman-teman yang ingin tahu pokoknya). Karena pada intinya kegiatan mendaki gunung (mountaineering) bukan hanya sekadar berjalan naik gunung saja, namun perlu beberapa persiapan baik fisik, mental,dan kelengkapan agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Pendakian gunung juga menjadi salah satu aktivitas yang popular belakangan ini dan disukai oleh berbagai kalangan karena kegiatan ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh dan jiwa kita (asik).

Baik berikut beberapa tips yang perlu diketahui bagi setiap pendaki gunung yang saya dapatkan dari beberapa sumber serta pengalaman pribadi.

1. Berolahraga beberapa hari sebelum mendaki
Hal pertama yang harus disiapkan yaitu fisik yang kuat karena biasanya gunung memiliki medan yang berat untuk dilewati. Dengan berolahraga seperti berlari untuk melatih otot kaki dan jantung akan membuat tubuh bisa bertahan saat dibawa mendaki gunung. Olahraga diusahakan rutin dilakukan seminggu sebelum mendaki pada pagi atau sore hari. Atau tidak ada salahnya juga apabila kita membiasakan diri untuk olahraga setiap hari kapanpun itu.

2. Menjaga kesehatan
Kesehatan merupakan hal yang paling vital dalam proses pendakian gunung. Kita harus menjaga kondisi agar tetap fit dalam pendakian. Jangan sampai belum mendaki kita sudah sakit duluan. Apabila kondisi tubuh tidak baik seperti demam, batuk, pilek atau yang lainnya lebih baik pendakian ditunda terlebih dahulu. Jangan sampai memaksakan diri karena dapat merugikan diri sendiri dan teman kita sesama pendaki. Diusahakan juga istirahat yang cukup sebelum mendaki. Saya pernah tidak tidur sama sekali sebelum mendaki dan itu sugguh tidak enak. Kalau perlu disarankan juga minum vitamin sebelum mendaki dan membawa obat-obatan pribadi bagi yang memiliki sakit tertentu.

3. Perlengkapan yang lengkap dan nyaman
Perlengkapan mendaki gunung juga hal yang patut kita siapkan dengan baik, bisa fatal akibatnya kalau kita tidak mempersiapkan peralatan yang akan dibawa. Yang perlu disiapkan sebelum mendaki yaitu jaket, sarung tangan, tutup kepala, sepatu gunung, kaos kaki, tas besar, tas kecil, sleeping bag, tenda, matras, senter, tongkat, mantel,  peralatan memasak gunung jika diperlukan dan tidak lupa yaitu kamera untuk dokumentasi. Selain lengkap, yang terpenting yaitu semua yang kita bawa nyaman saat dikenakan. Atur sebaik mungkin barang agar ringkas dan mudah dibawa. Jangan sampai membawa banyak barang namun malah menghambat perjalanan.

4. Konsumsi sebelum dan selama perjalanan
Agas tenaga tetap kuat dan pikiran tetap fokus selama mendaki, kita harus memperhatikan asupan makanan yang kita makan. Sebelum mendaki diwajibkan makan secukupnya dan jangan sampai tidak makan sama sekali. Selama perjalanan setidaknya kita membawa yaitu air putih, roti, nasi dan lauk kalau perlu, mie instant, coklat, madu, kopi atau sejenisnya dan air cadangan. Kalau bisa kurangi mengkonsumsi mie di perjalanan karena tidak baik untuk sumber tenaga. Atur juga agar minum secukupnya selama mendaki.

5. Kenali medan sebelum mendaki
Perlu kita ketahui sebelum mendaki, apakah gunung yang kita daki memiliki kondisi bebatuan atau hutan basah, bagaimana medan yang akan kita lalui serta berapa jam lamanya perjalanan. Hal ini berkaitan dengan peralatan yang dibawa serta cara kita mendaki. Ketika mendaki gunung kita juga tidak boleh asal-asalan dalam berjalan untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan.

6. Saling memperhatikan selama mendaki
Saat mendaki kita biasanya berjalan berkelompok dan tidak semua memiliki kondisi fisik dan mental yang sama. Untuk itulah kita harus saling mengetahui kondisi teman-teman kita, jangan sampai ada yang tertinggal jauh di belakang. Kita harus membantu teman yang sudah kelelahan dan tidak ada salahnya istirahat sejenak. Kita juga tidak boleh malu apabila kondisi kita tidak memungkinkan untuk lanjut, karena malah berbahaya apabila memaksakan kondisi diri.

7. Jaga motivasi dan perkataan
Di perjalanan terkadang semangat kita meredup saat tujuan yang kita tuju tidak kunjung sampai. Namun kita harus tetap menjaga semangat dan motivasi agar tidak menyerah di tengah jalan. Kurangi mengeluh karena akan mempengaruhi psikis dalam diri kita dan bisa berimbas pada tubuh. Dalam proses pendakian sebaiknya jangan mengeluh walaupun dalam keadaan seperti apapun, alangkah baiknya menyemangati diri sendiri dan selalu ceria agar perjalan mendaki gunung tidak terasa semakin berat dan yang pasti mengasyikan

8. Jangan membuang sampah di gunung
Tentu kita tidak ingin indahnya gunung di kotori dengan sampah, maka jangan membuang sampah di gunung. Alangkah baiknya jika sampah yang kita hasilkan di bawa turun. Begitu pula jangan merusak alam yang kita lalui, biarkanlah alami seperti apa adanya.

9. Ikuti instruksi petugas gunung
Sebelum mendaki kita harus mendaftar ke petugas gunung setempat, setelah itu kita juga harus mematuhi instruksi dan menjauhi larangan yang merekan sampikan. Penting juga untuk mengetahui setiap aturan yang ada karena terkadang tiap gunung memiliki aturan yang berbeda-beda.

10. Nikmatilah perjalanan
Saat mendaki, terkadang kita hanya fokus pada sesuatu yang ada di puncak saja, sehingga membuat kita ingin segera sampai di atas. Apabila terlalu tergesa-gesa kita akan mudah lelah dan membuat perjalanan tidak nyaman lagi. Jadi nikmatilah setiap perjalanan yang kita lalui, setiap langkah yang kita jalani. Puncak adalah bonus namun yang terpenting ialah bagaimana kita menikmati perjalanan ini bersama teman-teman.

Demikian sedikit tips mendaki gunung yang dapat saya bagikan. Selamat mendaki bagi teman-teman. Selamat menikmati alam.

Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Saya Wirga Wirgunatha, hanya seorang manusia yang ingin membagikan pemikiran melalui sebuah tulisan. Memiliki ketertarikan terhadap alam dan kehidupan.

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

recent posts

Blog Archive

  • September 2019 (2)
  • Agustus 2019 (9)
  • Mei 2019 (4)
  • April 2019 (15)
  • Maret 2019 (28)
  • Februari 2019 (3)
  • Januari 2019 (3)
  • November 2018 (6)
  • Agustus 2018 (1)
  • Juli 2018 (1)
  • Mei 2017 (1)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (4)
  • Oktober 2016 (2)
  • September 2016 (1)
  • Agustus 2016 (5)
  • Juli 2016 (5)
  • Januari 2016 (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Label Cloud

  • Artikel
  • Buku
  • Cerpen
  • Coretan
  • Puisi

Popular Posts

  • Cinta dan Sampah Plastik
    Hari ini aku baru saja mendengarkan ceramah yang menggebu-gebu dari seorang aktivis kampus. Di kampusku sedang ada ada acara bertajuk ...
  • Puisi - Aku Mencari
    Aku mencari kedamaian dari kumpulan kata Cerita sebagai pelipur derita Pada kutipan Pada sajak Pada pusi Namun tak juga ku...
  • Dengarkanlah - Reza A.A. Wattimena
    Secangkir teh. Seorang Zen Master menerima kunjungan dari profesor. Ia ingin belajar tentang Zen. Zen Master menawarkan teh dengan sop...
  • Cerpen - Siklus Waktu
    Aku adalah anak perempuan semata wayang. Hal tersebut membuat kedua orang tuaku membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Waktu berlalu, ...
  • Pria Bali
    Saat itu aku sedang mendengar keluhan seorang bapak yang mungkin usianya menginjak enam puluhan tahun itu. Dari catatan kesehatannya dia...

Quotes

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates