Buku - Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

by - Agustus 17, 2019


“Hanya orang yang enggak bisa ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati”, kata Iwan Angsa sekali waktu perihal Ajo Kawir.

Cerita ini berawal dari dua orang teman karib bernama Si Tokek dan Ajo Kawir. Layaknya remaja yang dipenuhi rasa ingin tahu apalagi tentang sesuatu yang berbau seksualitas membawa mereka menyaksikan sebuah aksi pemerkosaan yang dilakukan oleh dua orang polisi pada seorang perempuan yang tidak waras semenjak ditinggal mati oleh suaminya. Ajo Kawir yang ketahuan mengintip saat itu dipaksa untuk membuka celana di depan si perempuan dan entah karena hal apa kemaluan Ajo Kawir tidak mau bangun lagi semenjak hari itu.

Kemaluan yang tidak mau bangun lagi menjadi sebuah bencana bagi hidup Ajo Kawir. Dia telah mencoba berbagai cara untuk membangunkan burungnya itu seperti dengan melihat gambar porno, mengoleskan potongan cabai rawit, bahkan satu malam Ayah Si Tokek pernah membawa Ajo Kawir ke sebuah tempat “jajan”, namun perempuan disana juga menyerah melihat “kontol” Ajo Kawir yang tidak bisa bangun tersebut.

Perjalanan hidup Ajo Kawir selanjutnya mempertemukan dirinya dengan seorang gadis petarung bernama Iteung. Mereka berkelahi saat Ajo Kawir ingin membunuh bos dari Iteung yang telah membuat hancur kehidupan banyak orang. Karena perkelahian yang hebat itu tanpa disadari mereka menjadi begitu dekat dan akhirnya menjadi sepasang kekasih. Namun muncul ketakutan dalam diri Ajo Kawir. Ajo Kawir memberi tahu Si Tokek bahwa ia tak mungkin menjadi kekasih Iteung atau kekasih perempuan manapun karena ia tak mungkin bisa memberikan apa yang mereka butuhkan. Sejak saat itu Ajo Kawir memilih menjauhi Iteung dan mereka berpisah tanpa penjelasan.

Dilanda oleh perasaan frustasi yang begitu dalam membuat perasaan yang menggebu-gebu muncul dari dalam diri Ajo Kawir dan dia rasanya ingin memukul dan berkelahi dengan seseorang. Di saat seperti itu muncul Paman Gembul yang memintanya untuk membunuh seorang musuh lama bernama Si Macan. Ajo Kawir lalu mempersiapkan diri dan menantang dengan terbuka Si Macan yang seorang preman senior tersebut.

Waktu berlalu akhirnya Ajo Kawir memberanikan diri untuk bertemu lagi dengan Iteung. Perempuan yang telah begitu dikecewakan hatinya itu memutuskan untuk tetap bersama dengan Ajo Kawir walaupun telah mengetahui kondisi Ajo Kawir yang sesungguhnya. “Apa yang akan kau lakukan dengan lelaki yang tak bias ngaceng?”, tanya Ajo Kawir. “Aku akan menikahinya”, jawab Iteung.

Pada akhirnya Ajo Kawir menikah dengan Iteung namun sekali lagi ia harus kecewa saat melihat ternyata Iteung telah hamil lebih dahulu oleh seorang temannya sewaktu di perguruan. Hal itu membuat geram Ajo Kawir dan akhirnya ia melampiaskannya ke Si Macam dan itu membuatnya harus di penjara. Dan di saat ia bebas ia memutuskan untuk pergi ke Jakarta bekerja sebagai supir truk. Di Jakarta ia pikir akan menemukan kedamaian. Di sana dia dipertemukan dengan seorang anak muda bernama Mono Ompong yang menjadi kernetnya yang juga menyimpan ambisi begitu besar pada perempuan di kampung halamannya. Mereka berdua melewati banyak hal di perjalanan, termasuk konflik dengan seorang supir truk lain bernama Si Kumbang dan harus berakhir di ring pertarungan.

Semenjak pergi ke Jakarta, Ajo Kawir sudah menyerah dengan kondisinya dan dia memilih untuk menaati kemauan burungnya yang memilih jalan damai. Dia mengendarai truk sambil memperhatikan foto anak perempuan Iteung yang terus dikirimkan oleh Si Tokek kepadanya. Sementara itu, Iteung masuk penjara setelah membunuh Budi Baik yang tidak lain lelaki yang menghamilinya. Diceritakan juga di perjalanan Ajo Kawir sempat bertemu dengan seorang perempuan bernama Jelita yang mengingatkannya pada perempuan nona merah.

Di akhir kisah ini, saat Ajo Kawir pulang untuk menemui anak dan istrinya yang telah dibebaskan dari penjara, saat itu istrinya pergi untuk membunuh dua orang polisi yang menyebabkan penderitaan Ajo Kawir. Saat itulah, di rumahnya tanpa disadari kemaluan Ajo Kawir bisa bangun lagi, walaupun untuk itu Iteung harus dipenjara lagi.

Setelah membaca buku ini, dapat dilihat tokoh-tokoh dengan semua ketidakwarasannya yang mencerminkan ketidakwarasan jamannya. Dan di tengah kehidupan yang keras dan brutal ini, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.

You May Also Like

1 comments

  1. numpang promo ya gan
    kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
    ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*

    BalasHapus