Buku - Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
“Hanya orang yang
enggak bisa ngaceng, bisa berkelahi tanpa takut mati”, kata Iwan Angsa sekali
waktu perihal Ajo Kawir.
Cerita ini berawal
dari dua orang teman karib bernama Si Tokek dan Ajo Kawir. Layaknya remaja yang
dipenuhi rasa ingin tahu apalagi tentang sesuatu yang berbau seksualitas
membawa mereka menyaksikan sebuah aksi pemerkosaan yang dilakukan oleh dua
orang polisi pada seorang perempuan yang tidak waras semenjak ditinggal mati
oleh suaminya. Ajo Kawir yang ketahuan mengintip saat itu dipaksa untuk membuka
celana di depan si perempuan dan entah karena hal apa kemaluan Ajo Kawir tidak
mau bangun lagi semenjak hari itu.
Kemaluan yang
tidak mau bangun lagi menjadi sebuah bencana bagi hidup Ajo Kawir. Dia telah
mencoba berbagai cara untuk membangunkan burungnya itu seperti dengan melihat
gambar porno, mengoleskan potongan cabai rawit, bahkan satu malam Ayah Si Tokek
pernah membawa Ajo Kawir ke sebuah tempat “jajan”, namun perempuan disana juga menyerah
melihat “kontol” Ajo Kawir yang tidak bisa bangun tersebut.
Perjalanan hidup
Ajo Kawir selanjutnya mempertemukan dirinya dengan seorang gadis petarung
bernama Iteung. Mereka berkelahi saat Ajo Kawir ingin membunuh bos dari Iteung
yang telah membuat hancur kehidupan banyak orang. Karena perkelahian yang hebat
itu tanpa disadari mereka menjadi begitu dekat dan akhirnya menjadi sepasang
kekasih. Namun muncul ketakutan dalam diri Ajo Kawir. Ajo Kawir memberi tahu Si
Tokek bahwa ia tak mungkin menjadi kekasih Iteung atau kekasih perempuan
manapun karena ia tak mungkin bisa memberikan apa yang mereka butuhkan. Sejak
saat itu Ajo Kawir memilih menjauhi Iteung dan mereka berpisah tanpa
penjelasan.
Dilanda oleh
perasaan frustasi yang begitu dalam membuat perasaan yang menggebu-gebu muncul
dari dalam diri Ajo Kawir dan dia rasanya ingin memukul dan berkelahi dengan
seseorang. Di saat seperti itu muncul Paman Gembul yang memintanya untuk
membunuh seorang musuh lama bernama Si Macan. Ajo Kawir lalu mempersiapkan diri
dan menantang dengan terbuka Si Macan yang seorang preman senior tersebut.
Waktu berlalu
akhirnya Ajo Kawir memberanikan diri untuk bertemu lagi dengan Iteung.
Perempuan yang telah begitu dikecewakan hatinya itu memutuskan untuk tetap bersama
dengan Ajo Kawir walaupun telah mengetahui kondisi Ajo Kawir yang sesungguhnya.
“Apa yang akan kau lakukan dengan lelaki yang tak bias ngaceng?”, tanya Ajo
Kawir. “Aku akan menikahinya”, jawab Iteung.
Pada akhirnya Ajo
Kawir menikah dengan Iteung namun sekali lagi ia harus kecewa saat melihat
ternyata Iteung telah hamil lebih dahulu oleh seorang temannya sewaktu di
perguruan. Hal itu membuat geram Ajo Kawir dan akhirnya ia melampiaskannya ke
Si Macam dan itu membuatnya harus di penjara. Dan di saat ia bebas ia memutuskan
untuk pergi ke Jakarta bekerja sebagai supir truk. Di Jakarta ia pikir akan
menemukan kedamaian. Di sana dia dipertemukan dengan seorang anak muda bernama
Mono Ompong yang menjadi kernetnya yang juga menyimpan ambisi begitu besar pada
perempuan di kampung halamannya. Mereka berdua melewati banyak hal di
perjalanan, termasuk konflik dengan seorang supir truk lain bernama Si Kumbang
dan harus berakhir di ring pertarungan.
Semenjak pergi ke
Jakarta, Ajo Kawir sudah menyerah dengan kondisinya dan dia memilih untuk
menaati kemauan burungnya yang memilih jalan damai. Dia mengendarai truk sambil
memperhatikan foto anak perempuan Iteung yang terus dikirimkan oleh Si Tokek
kepadanya. Sementara itu, Iteung masuk penjara setelah membunuh Budi Baik yang
tidak lain lelaki yang menghamilinya. Diceritakan juga di perjalanan Ajo Kawir
sempat bertemu dengan seorang perempuan bernama Jelita yang mengingatkannya
pada perempuan nona merah.
Di akhir kisah
ini, saat Ajo Kawir pulang untuk menemui anak dan istrinya yang telah
dibebaskan dari penjara, saat itu istrinya pergi untuk membunuh dua orang
polisi yang menyebabkan penderitaan Ajo Kawir. Saat itulah, di rumahnya tanpa
disadari kemaluan Ajo Kawir bisa bangun lagi, walaupun untuk itu Iteung harus dipenjara
lagi.
Setelah membaca
buku ini, dapat dilihat tokoh-tokoh dengan semua ketidakwarasannya yang
mencerminkan ketidakwarasan jamannya. Dan di tengah kehidupan yang keras dan
brutal ini, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan
damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.
1 comments
numpang promo ya gan
BalasHapuskami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*