• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Wirga Wirgunatha

Carpe Diem

“Sebuah rumah tidak akan lengkap tanpa tangisan anak kecil, omelan orang tua dan gonggongan seekor anjing”

Dalam sejarah kehidupan manusia, hewan memberi peranan yang sangat penting, salah satunya sebagai pendamping manusia. Ada berbagai hewan yang dijadikan peliharaan atau pendamping. Kisah manusia dan hewan banyak tertulis atau bahkan difilmkan untuk menunjukkan betapa akrabnya kedua jenis makhluk ini.

Apabila dilihat dari keilmuannya, manusia dan hewan berada di dalam kingdom yang sama yaitu Animalia. Begitu pula dari segi perkembangan, beberapa jenis hewan bahkan memiliki kemiripan dengan manusia. Hanya saja mereka memiliki struktur otak yang kurang berkembang, sehingga tidak mampu berpikir dan memutuskan sesuatu seperti manusia.

Dilihat secara gambaran yang lebih luas, manusia dan hewan bahkan berada di posisi yang sama. Kita sama-sama bagian dari dunia, alam semesta. Kita sama-sama berbagi kehidupan di bumi yang indah ini. Kita sama-sama hidup. Oleh karena itu, janganlah hanya karena kita lebih hebat dalam segi berpikir kita merasa lebih superior dan berhak melakukan hal semau kita kepada mereka.

Kembali lagi kepada kisah manusia dan hewan, ada banyak hal dalam hidup yang telah dibantu berkat kehadiran hewan. Mulai dari membantu keberlangsungan hidup manusia, seperti sapi, ayam, bebek, kambing dan unta. Lalu sebagai hiburan atau olahraga bagi manusia seperti burung, kuda, ikan, dan lainnya. Hingga sebagai pendamping hidup manusia seperti anjing, kucing, kera, dan sebagainya. Kehadiran hewan akan mengajarkan kita tentang kehidupan. Maka sebaiknya kita memperlakukan mereka sebagai salah satu makhluk di dunia ini yang sama seperti kita.

Mahatma Gandhi pernah berkata, “The greatness of a nation can be judged by the way its animals are treated”. Iya, sebuah negara yang baik, atau seorang yang baik terlihat dari bagaimana dia memperlakukan hewan. Kepada hewan saja dia mampu berbuat baik apalagi kepada sesama manusianya. Ada banyak cinta yang bisa dilihat, dari pengembala sapi terhadap sapinya, pembalap kuda terhadap kudanya, peternak domba, kambing, penjaga singa, saat mereka tulus mencintai hewannya.

Begitu pula kita, kita bisa mempelajari kebijaksanaan hidup saat kita mencoba hidup berdampingan bersama hewan. Cobalah memelihara hewan. Apa saja hewan yang kita sukai dan mampu kita jaga dengan tulus. Ambil saja misalnya anjing atau kucing, dua hewan ini telah menjadi teman setia manusia dalam waktu yang begitu lama.

Saat kita memelihara anjing, mulai dari kecil hingga dewasa, saat memberi makan, mengobati saat sakit, mengajak bermain dan lainnya. ada emosi yang tersambung saat semakin lama bersama. Mereka bahkan dapat mengerti apa yang kita rasa, di beberapa keadaan bahkan mereka dapat menuruti apa yang kita inginkan. Begitulah hewan, mereka memiliki perasaan yang sama seperti kita, mereka dapat mengerti dan mereka juga membutuhkan kasih sayang.

Cobalah mulai memelihara hewan, berikan kasih sayang yang tulus kepada mereka. Jadikan mereka sebagai salah satu anggota keluarga. Ajarkan sesuatu yang baik dan berguna, maka kita akan melihat apa yang dapat mereka lakukan. Kehidupan akan lebih bermakna, bahkan suatu saat bersama hewan akan lebih baik ketimbang manusia, karena mereka menunjukkan kejujuran.

Jadi tidak ada salahnya mulai menambahkan seorang anggota baru dalam keluarga, yaitu hewan peliharaan. Dan berbagilah kehidupan bersama mereka.

(Didedikasikan bagi Gogo dan Rosy yang tidak dapat aku jaga dengan baik)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Bisakah dalam sehari kita tidak melakukan apapun, hanya diam sambil menikmati segelas teh. Tidak ada pekerjaan, tidak ada bermain, tidak ada disibukkan dengan keluarga, tidak ada tidur, makan, bersosial media, atau yang lainnya. hanya diam sambal menikmati segelas teh.

Satu hari berjalan begitu cepat, dimulai kita harus bangun pagi hingga terlelap malam harinya. Ada hari yang bahkan kita sampai tidak menyadarinya, hari itu berlalu begitu saja. Kita tidak sempat menikmati, bahkan tidak sempat diam untuk sekadar menikmati segelas teh.

Satu hari begitu banyak aktivitas yang kita lakukan, mulai dari bekerja, memperbaiki taman, bermain bersama anak, bersekolah dan lainnya. Banyak hal menumpuk dan melayang di pikiran kita, bak kaset kusut yang susah dipilah. Kita semakin tidak bisa konsentrasi menjalani hari karenanya. Semakin banyak aktivitas, bahkan untuk sekadar memperbaiki kaset kusut itu pun kita tidak sempat. Apalagi untuk menenangkan pikiran dengan sekadar menikmati teh dan memilah yang ada di pikiran lagi.

Satu hari tidak ada yang bisa kita lewatkan tanpa bersosial media. Kita dengan lihai berselancar di dunia maya, mulai dari aplikasi satu hingga yang lainnya. Waktu berlalu dengan cepat saat kita sibuk chatting, update status, hingga melihat-lihat status orang. Apabila ada waktu senggang kita pasti menggunakannya untuk bercengkerama dengan HP. Tidak ada waktu yang ingin kita lewati dengan hanya diam, apalagi sambal menikmati segelas teh hangat.

Satu hari, ditemani HP dan media sosial. Tidak ada yang kita lewati tanpa pikiran untuk membagikannya kepada masyarakat dunia maya. Saat kita jalan-jalan, saat belajar, makan di tempat mahal, hangout bersama teman, semua kita bagikan di dunia maya. Bahkan saat diam sekalipun, kita tak bisa menyimpannya untuk diri sendiri. Hanya diam dan menikmati segelas teh.

Menikmati segelas teh, seorang diri, baik di dalam rumah atau di alam terbuka. Menikmati aromanya, hanyatnya dan rasanya hingga mengisi seluruh raga, jiwa. Duduk tenang sambal menikmati segelas teh, tak ada aktivitas lainnya, hanya diam. Pikiran hanya tertuju pada aktivitas menikmati teh tersebut, tak ada urusan kantor, sekolah ataupun masyarakat. Hanya ada kamu dan segelas teh hangatmu.


Tidak ada orang-orang di sosial media, tidak ada saling membenci atau mencintai, semuanya dalam kondisi netral. Yang ada hanya kamu dan segelas tehmu, kamu sedang mengisi hidupmu.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Bagaimana aku bisa melangkah ke depan jika satu kakiku masih menapak di belakang,
Bagaimana aku bisa fokus ke depan jika satu mataku masih menatap ke belakang,
Bagaimana aku bisa meraih masa depan jika satu tanganku masih menggenggam masa lalu.
Ya, aku masih hidup di masa lalu.

Masa lalu. Begitu manis rasanya saat mengingat masa lalu. Membayangkan masa-masa indah bersama seseorang. Aku sering terbawa ke masa lalu, memikirkan saat-saat manis dalam hidupku. Aku merasa bahagia dan seperti ingin mengulanginya.

Di saat sendiri, pikiranku sering terbawa ke masa lalu. Memikirkan tentang saat indah bersamanya, saat aku mengejar cinta, saat diriku berbunga-bunga dan dunia hanya milik berdua. Seakan aku ingin selalu berada di masa itu.

Memikirkan tentang keluarga, dimana kenhangatan masih sangat terasa. Hidup satu rumah bersama, dengan saudara, orang tua. Tapi sekarang semua sudah hidup berpisah. Aku dan saudara harus pergi untuk melanjutkan pendidikan. Kelak mungkin kita harus berpisah lebih jauh, membangun keluarga sendiri-sendiri. Masa-masa kecil, bermain bersama saudara, merengek pada orang tua. Dan kenangan indah lainnya.

Tentang sekolah, teman, sahabat, orang-orang yang begitu manis padaku. Kita menikmati petualangan yang begitu indah, jalan-jalan, menginap bersama. Kenangan yang sangat indah pikirku.

Hatiku tergetar setiap aku membayangkan tentang masa lalu. Namun masa lalu tentunya tidak hanya tentang hal indah, ada pula hal buruk disana. Tentang penghianatan, kegagalan, ditinggalkan, dan lainnya. kenangan buruk itu sudah jauh terkubur dalam diriku.

Terkadang kenangan itu muncul dalam bentuk penyesalan. Iya ada banyak kesalahan yang aku buat di masa lalu, dan terkadang ingin rasanya memperbaikinya. Rasa sesal yang menghantui sungguh menyesakkan dada, menetap disana.

Pernah aku mencoba mengabaikan masa lalu, mencoba lari darinya. Setiap saat kenangan itu muncul, aku mencoba mengenyahkannya. Namun hal ini seperti menipu diri sendiri, hal itu justru membuat kenangan itu terus dan terus muncul, bahkan dengan perasaan yang semakin dalam. Dan akhirnya aku menyerah, aku kembali larut dalam kenangan.

Hingga akhirnya aku menyadari, kita memang tidak dapat mengabaikan masa lalu, pun kita juga tidak boleh terus menatap masa lalu. Kita tidak akan bisa hidup di masa depan, bahkan di masa sekarang jika kita terus memikirkan masa lalu.


Semua yang berlalu biarlah berlalu, jadikan itu sebagai kenangan dan pelajaran. Tidak apa jika suatu saat kita terbawa ke masa lalu, emosi kita terkuras dan diri melayang. Namun selalulah ingat, bahwa kita hidup di masa ini. Kita hidup sekarang. Lihatlah orang-orang dan lingkungan di sekitar kita, lihatlah diri kita. Ada begitu banyak hal yang masih dapat kita lakukan dan perjuangkan. Hiduplah kawan.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Dadaku berdebar-bedar, keringat dingin keluar dari seluruh tubuhku, perasaanku sungguh tidak enak. Semalaman aku tidak dapat tidur karena besok akan ujian dan aku merasa belum siap menghadapinya. Hal ini membuatku tidak dapat berpikir dengan tenang. Semua yang ku pelajari tidak dapat masuk dalam otakku dan ini membuatku semakin panik lagi. Ya, aku merasa cemas.

Suatu hari aku melakukan kesalahan dan menyembunyikan kesalahan tersebut. Aku merasa takut akan dimarahi dan muncul lagi perasaan yang sama yang membuatku tidak nyaman. Lagi-lagi aku merasa cemas, takut sesuatu yang buruk akan terjadi padaku. Perasaan tidak enak ini sangat menggangguku.

Kehidupan kita ini dipenuhi dengan rasa cemas. Banyak orang di berbagai tempat mengalami rasa cemas yang berbeda-beda yang membuat hidup terasa tidak damai. Kita tidak dapat tenang karenanya. Secara singkatnya cemas dapat diartikan sebuah perasaan yang muncul dari sesuatu keadaan yang tidak nyata atau belum terjadi. Beda halnya dengan rasa takut, karena hal yang ditakutkan tersebut adalah sesuatu yang nyata atau bisa dibayangkan.

Ada beberapa ciri seseorang yang mengalami rasa cemas yang kita sebut sebagai trias cemas. Yang pertama yaitu muncul perasaan cemas seperti khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dan lainnya. Gejala kedua yaitu ketegangan motorik seperti gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai, dan lainnya. Yang terakhir yaitu overaktivitas motorik, seperti kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, pusing kepala, mulut kering, dan lainnya. Gejala-gejala ini dapat menandakan seseorang dalam keadaan cemas.

Kita hidup di dalam kehidupan yang berjalan begitu cepat, sehingga terkadang kita tidak mampu menyamai kecepatan tersebut. Hal ini membuat kita frustasi dan cemas. Kita berada di kehidupan yang penuh dengan ketegangan, yang membuat perasaan cemas bisa muncul kapan saja dan pada siapa saja.

Ada anak-anak yang cemas dimarah orang tua, ada siswa yang cemas saat menjelang ujian, ada mahasiswa baru tamat yang merasa cemas karena susah mencari pekerjaan, ada pasangan suami istri baru yang cemas menjalani kehidupan keluarga, ada orang tua yang cemas menghadapi kematian, ada pemimpin yang cemas tidak dipercayai lagi oleh pengikutnya, dan banyak contoh lainnya. Rasa cemas sesungguhnya dapat dirasakan oleh setiap orang.

Perasaan cemas yang berkepanjangan ini sangat merugikan bagi kita. Kita tidak mampu berpikir dengan tenang dan hidup menjadi tidak damai. Namun, untuk mengatasi rasa cemas ini juga susah karena berasal dari dalam diri. Dan apabila kita memelihara rasa cemas ini terus akan berujung pada gangguan jiwa yang lebih parah nantinya.

Ada bebrapa hal yang dapat kita lakukan terhadap rasa cemas ini. Yang pertama yaitu mengontrolnya. Sesungguhnya semua yang keluar berasal dari pikiran kita. Apabila rasa cemas itu muncul, maka kendalikanlah agar pikiran tetap tenang. Tarik nafas panjang dan yakinlah semua hal buruk pasti akan berlalu. Berpikir positif membuat kita mampu mengontrol rasa cemas dengan lebih baik. Yang kedua yaitu mengantisipasi agar rasa cemas tersebut tidak muncul. Bila kita cemas akan ujian maka persiapkan sejak dini dengan belajar, bila kita cemas akan dimarahi maka berbuat baiklah dan akui kesalahan sendiri, dan contoh lainnya. Antisipasi merupakan salah satu kepribadian matur yang membuat kita mudah dalam melewati setiap masalah. Yang terakhir adalah pasrah. Kita serahkan pada yang Diatas dan kepada alam apa yang akan terjadi dalam hidup ini.

Memang benar kecemasan dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Namun siapa yang mau hidup terus dalam bayang-bayang kecemasan. Adalah baik untuk berlatih mengontrol diri dan mengantisipasi rasa cemas tersebut. Dengan mengatasi kecemasan maka datang kedamaian.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Saya Wirga Wirgunatha, hanya seorang manusia yang ingin membagikan pemikiran melalui sebuah tulisan. Memiliki ketertarikan terhadap alam dan kehidupan.

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

recent posts

Blog Archive

  • September 2019 (2)
  • Agustus 2019 (9)
  • Mei 2019 (4)
  • April 2019 (15)
  • Maret 2019 (28)
  • Februari 2019 (3)
  • Januari 2019 (3)
  • November 2018 (6)
  • Agustus 2018 (1)
  • Juli 2018 (1)
  • Mei 2017 (1)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (4)
  • Oktober 2016 (2)
  • September 2016 (1)
  • Agustus 2016 (5)
  • Juli 2016 (5)
  • Januari 2016 (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Label Cloud

  • Artikel
  • Buku
  • Cerpen
  • Coretan
  • Puisi

Popular Posts

  • Cinta dan Sampah Plastik
    Hari ini aku baru saja mendengarkan ceramah yang menggebu-gebu dari seorang aktivis kampus. Di kampusku sedang ada ada acara bertajuk ...
  • Puisi - Aku Mencari
    Aku mencari kedamaian dari kumpulan kata Cerita sebagai pelipur derita Pada kutipan Pada sajak Pada pusi Namun tak juga ku...
  • Dengarkanlah - Reza A.A. Wattimena
    Secangkir teh. Seorang Zen Master menerima kunjungan dari profesor. Ia ingin belajar tentang Zen. Zen Master menawarkan teh dengan sop...
  • Cerpen - Siklus Waktu
    Aku adalah anak perempuan semata wayang. Hal tersebut membuat kedua orang tuaku membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Waktu berlalu, ...
  • Pria Bali
    Saat itu aku sedang mendengar keluhan seorang bapak yang mungkin usianya menginjak enam puluhan tahun itu. Dari catatan kesehatannya dia...

Quotes

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates