• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Wirga Wirgunatha

Carpe Diem

Kehidupan terdiri dari tiga masa, yaitu masa lalu, masa kini, dan masa depan. Sang waktu membawa kita melewati setiap masa, tidak ada kesempatan untuk bertolak ke masa lalu atau pergi ke masa depan. Sementara itu, entah kenapa kita selalu mengkhawatirkan kedua masa tersebut. Yaitu kita khawatir akan masa lalu dan masa depan.

Setiap hari kita selalu dibayangi oleh kenangan masa lalu, baik itu kenangan yang baik atau buruk. Terkadang kita memikirkan manisnya masa lalu dan menginginkan agar dapat kembali ke masa itu. Misalnya saja masa kecil dimana kita bebas bermain dan belum mendapat banyak tekanan. Kita terlena akan setiap kenangan indah di masa lalu tersebut.

Namun tak jarang juga kita merasa pahit akan masa lalu, terutama pengalaman kelam yang kita rasakan sebelumnya. Kita seperti ingin lari dan menghilangkan setiap kenangan buruk itu. Bahkan terkadang seperti ingin pergi saja dari dunia ini agar terbebas dari masa lalu. Sering kali kita menyesali masa lalu dan khawatir masa lalu tersebut tidak benar-benar baik. Kita tidak puas akan apa yang kita lakukan di masa lalu, menjadi terpuruk dan takut menjalani masa kini.

Kita juga dikhawatirkan akan bayangan tentang masa depan yang tidak pernah terduga. Kita takut akan apa yang akan terjadi dengan masa depan bahkan hari esok. Kita takut gagal, kita takut tidak mencapai apa yang kita inginkan. Kita tidak berani melakukan apapun di masa kini karena kita tidak siap menjalani masa depan.

Walaupun sesekali mungkin kita bahagia saat membayangkan masa depan. Dimana kita hidup bahagia, sukses dan kaya raya. Mungkin banyak yang bermimpi dan membayangkan masa depannya akan lebih baik dari kehidupan sekarang. Hal itu sangat bagus tapi tetap saja, memikirkan masa depan membuat kita tidak fokus akan kehidupan sekarang.

Memang boleh sesekali memikirkan tentang masa lalu, terbawa akan nostalgianya namun jangan sampai larut di dalamnya. Terlebih kita memang tidak bisa lari dari masa lalu kita. Semakin kita menjauh, semakin kenangan itu akan menyakiti kita. Jadi caranya adalah dengan menerimanya apa adanya. Tentu ada kebaikan dari setiap masa lalu yang kita lewati, dan bersyukurlah akan hal tersebut. Terima masa lalu sebagai bagian dari kehidupan kita yang terdiri dari tiga masa ini.

Memang boleh memikirkan masa depan namun jangan fokus terhadapnya. Saat ketakutan akan masa depan membuat kita lemah, ketakutan akan menguasai kita. Bahkan, kehidupan ini tidaklah semengerikan yang kita bayangkan. Terima juga masa depan sebagai sebuah misteri, sebagai petualangan baru yang akan kita jalani setiap hari. Dan tentu ada maksud  dari setiap hal yang kita jalani.

Terakhir, kita tidak mampu terlepas dari setiap masa. Waktu terus berjalan dan kehidupan terus berputar. Yang harus kita lakukan adalah hidup di masa ini, di saat ini, di tempat ini. Rasakan apa yang ada di sekeliling kita, fokuslah dengan apa yang sedang kita lakukan saat ini. Saat kita makan, belajar, membaca, bersepeda, tidur, fokuslah akan hal tersebut. Hiduplah saat ini dan kita akan merasa benar-benar hidup.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Mata adalah salah satu indera yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan mata kita mampu melihat. Melihat semua yang terjadi dalam dunia ini. Melihat setiap kenyataan bahwa kehidupan penuh dengan berbagai hal yang tidak terbayangkan jika tidak kita melihatnya.

Mata menunjukkan semuanya tentang kita. Pemandangan yang indah, kehidupan keluarga yang bahagia, lukisan yang menakjubkan, sampai semua kesengsaraan seperti bencana alam dan peperangan yang mengerikan. Mata memberikan kita gambaran berbagai hal yang ada di sekitar kita.

Namun mata tidaklah menilai, pikiran dan hati yang melakukannya. Mata jujur memberikan apa adanya, memberikan kenyataan yang sebenarnya, dan apalah kita jika tanpa mata. Tanpa mata, hati akan menjadi sesuatu yang lain. Bahkan kita (manusia) akan menjadi sesuatu yang lain.

Mata membuat kita senang namun juga membuat kita sengsara. Saat kita melihat hal-hal baik dan indah, maka kebahagiaan yang akan kita dapat. Namun jika kita melihat hal-hal buruk, kesedihanlah yang kita dapat. Kita memang tak mampu mengatur apa saja yang bisa kita lihat, namun kita dapat menentukan apa saja yang mau kita lihat.

Aku pernah membaca sebuah novel, berjudul “Blindness”. Tentang sebuah wilayah yang penduduknya menjadi buta, dan hanya seorang saja yang masih dapat melihat. Namun, ini bukan hanya tentang sebuah musibah dimana orang tiba-tiba menjadi buta. Tapi memperlihatkan sisi lain bagaimana hidup tanpa mata. Bukan hanya untuk melihat, tapi juga untuk merasa. Merasakan kehadiran, merasakan kehidupan. Tanpa mata, kita tak ubahnya seperti satwa, tapi tak juga seperti manusia. Hidup tanpa cinta, cita dan rasa.

Kita dapat melihat seseorang dari matanya. Saat mulut tak mampu berucap, matalah yang menyampaikannya. Rasa senang, sedih, marah, semangat, kesepian, ketulusan, mampu terbaca dari mata. Kita mampu berbohong saat berkata tapi mata tak mampu melakukannya.

Dengan mata yang terjaga, maka diri akan terjaga. Dan mata akan membawa kita pada bahagia. Namun ada kalanya matapun tak mampu menjadi syarat kebahagiaan kita, karena apapun yang kita lihat maupun tidak kita lihat, tidak masalah lagi. Karena kita selalu berbahagia.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Manusia merupakan makhluk sosial, hidup kita tidak dapat terlepas dari orang lain. Dari zaman manusia hidup secara nomaden hingga berkelompok seperti sekarang ini, manusia tetap tidak dapat memisahkan diri dari orang lain. Mencoba untuk membuat perkumpulan dan saling beriknteraksi antar manusia.

Banyak hal yang tidak dapat kita lakukan tanpa bantuan dari orang lain, dan untuk itulah kita membangun hubungan-hubungan untuk mempermudah kehidupan kita. Termasuk saat kita menghadapi masalah yang datang terus menghampiri.

Saat kita menghadapi permasalahan dalam kehidupan ini, temuilah orang lain. Keluarlah dari kamar kita yang gelap dalam kesendirian, dan carilah orang untuk berbagi atau sekedar berbincang. Sangat melegakan saat kita bisa berbagi, tertawa bersama, dan melepaskan masalah bersama seseorang. Orang tersebut bisa siapapun.

Kita dapat mencoba bertemu dengan orang-orang yang memberi kita kenyamanan, misalnya keluarga, sahabat, teman dalam kelompok atau yang lainnya. Bertemu orang, membagi masalah kita, membuat beban yang kita tanggung tersebut menjadi terbagi. Kita merasa tidak lagi sendiri dalam menghadapi dunia yang keras ini. Kita bisa meminta saran dari orang lain, memohon bantuan, apapun itu untuk meringankan masalah kita. Terlebih dengan orang-orang terbaik kita, mereka akan membantu kita sepenuh hati dan ini sangat melegakan.

Atau kita dapat mencoba bertemu dan menjalin hubungan dengan orang-orang baru. Hal ini juga sangat membantu. Suatu hari saat aku sedang berolahraga di lapangan sendiri, aku mencoba berkenalan dengan salah satu orang seumuranku. Saat mengobrol aku mendapat sudut pandang yang baru. Ternyata setiap orang memiliki cerita yang mengesankan, hanya sejauh mana kita mau mendengarkan saja. Aku melihat kemungkinan bagaimana orang lain menghadapi masalahnya. Dan akupun merasa lebih baik saat bisa mengobrol dengan orang asing. Dan sebenarnya tidak ada orang asing, yang ada hanya orang yang belum kita kenal saja.

Atau kita dapat mencoba menemui orang tua. Aku senang saat mengobrol dengan orang-orang tua. Mereka bisa mengobrol berjam-jam tanpa henti. Walaupun aku yakin mereka pasti lupa dengan apa yang dikatakan tapi mereka hanya ingin didengarkan, mereka hanya ingin dipedulikan. Dan aku hanya perlu menyediakan telinga dan ketulusan mendengarkan. Alangkah bahagia perasaan mereka dan akupun turut bahagia.

Kita tidaklah dilahirkan untuk menjadi sendiri. Dalam kehidupan, kita akan menemui berbagai macam sifat orang, ada yang baik, buruk. Tapi yakinlah satu hal akan menarik sesamanya. Jika kita memiliki karakter yang baik maka orang-orang baik juga akan mendekat.

Banyak kemungkinan baru yang dapat muncul saat kita mau membuka diri terhadap orang lain. Dan terkadang hal tersebut tidak kita pikirkan sebelumnya. Ada yang mendapat ide baru saat mengobrol dengan sahabatnya, ada yang terinspirasi saat mendengar pengalaman orang lain, dan sebagainya.


Kebahagiaan dapat muncul saat diri kita dapat berguna bagi orang lain. Ada energi besar yang muncul saat kehadiran kita bisa memberi makna bagi orang lain. Membantu orang lain disaat kita memiliki masalah pun dapat meringankan masalah yang kita hadapi. Kita jadi sadar, bahwa kehidupan memang tidak dapat terlepas dari masalah yang ada di dalamnya, setiap orang pasti memiliki masalah. Daripada memusingkannya, lebih baik menerimanya sebagai bagian dari kehidupan.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Adakah yang pernah bertanya tentang bagaimana kita ada? Maksudku, bagaimana kehidupan bisa sampai seperti ini? Kita, umat manusia sudah hidup selama ribuan tahun, dan usia kita yang hanya beberapa puluh tahun ini tidaklah sebanding dengan usia seluruh peradaban manusia bahkan alam semesta yang mencapai miliaran tahun.

Saat merenung, aku berpikir, ternyata aku hanyalah satu titik kecil diantara luasnya semesta, dan hidup hanya sebentar dibanding tuanya usia semesta. Bagaimana mengetahui mengapa kehidupan sampai seperti sekarang adalah dengan mempelajari sejarah. Menyelami masa lalu dan membayangkan seolah hidup dimasa kita belum ada.

Perkembangan pengetahuan membuat kita bisa mengetahui asal-usul kehidupan hampir dengan pasti. Mempelajari sejarah bisa dari waktu yang paling dekat, seperti dengan mengetahui asal-usul kita di keluarga, bagaimana kehidupan orang tua sebelum kita. Lalu menuju sejarah yang lebih luas, kota kita, negara kita, bahkan dunia kita. Melalui sejarah kita mengetahui bagaimana suka duka kehidupan manusia, penuh tawa dan air mata.

Aku menyadari bahwa kehidupan dunia tidaklah semanis yang dibayangkan, bahkan banyak luka dan kepahitan yang terjadi. Sejarah manusia adalah sejarah peperangan, masa-masa dimana berbagai kerajaan atau negara saling ingin menguasai wilayah lain. Perbudakan dimana-dimana, penghancuran dimana-mana. Kita seperti merobek luka lama saat menbaca lembar-lembar sejarah yang ada.

Namun, tentu tidak semuanya menyakitkan. Kita bisa melihat istana-istana megah, prajurit dengan pakaian gagah, dan kebudayaan yang sangat mengesankan. Dan yang menakjubkan lagi adalah, semua yang kita lihat atau baca di buku atau film sejarah, semuanya adalah nyata dan pernah terjadi. Andai saja aku hidup di masa itu, pasti menyenangkan sekali.

Jadi, apabila mungkin masih ada yang merasa marah dengan masa lalu, berdamailah dan terima sebagai kenyataan yang harus ditanggung. Atau mungkin masih ada yang mengenang manisnya masa lalu dan ingin berada di sana, bangunlah dan tatap masa depan, ingatlah itu sebagai salah satu kenangan yang indah.

Belajar sejarah membuat kita lebih bijaksana. Aku tahu melihat sejarah manusia kebelakang sungguh banyak hal memalukan. Raja tamak, manusia liar tanpa aturan, namun tentu masih banyak hal yang bisa kita syukuri dari masa lalu. Banyak hal yang membantu kehidupan, banyak perubahan yang membawa kebaikan. Dan tugas kita adalah untuk belajar dari sejarah tersebut, dan memperbaikinya.

Orang bilang, lupakanlah yang lalu dan tatap masa depan. Tapi, kita tidak boleh sepenuhnya melupakan masa lalu, malah kita harus belajar darinya. Bukan berarti kita larut di dalamnya, melainkan sebagai pemandu supaya kita bisa menjalani hari ini dan menyongsong masa depan dengan lebih baik.

Suatu saat, kita akan menjadi sejarah bagi masa setelah kita, mungkin puluhan atau ratusan tahun kedepan masa kita akan dipelajari oleh manusia di masa depan. Lalu, apa yang ingin kita tinggalkan untuk masa depan? Dunia seperti apa yang kita kita jadikan sejarah kita? Itu semua ada di tangan kita.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Aku bangun seperti orang kebanyakan. Aku menggunakan pakaian seperti yang orang lain gunakan dan menggunakan kendaraan seperti yang orang lain kendarai. Setiap hari aku membicarakan sesuatu yang umumnya orang bicarakan, aku berperilaku dan berbuat sesuai dengan yang disepakati oleh semua orang serta aku menjalani hari-hariku sama seperti orang lainnya. Hingga akhirnya, aku menutup mata dengan cara lazim yang digunakan oleh setiap orang.

Kehidupan ini sudah menentukan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis tentang apa saja yang boleh dan tidak boleh kita lakukan. Seakan membuat kita seragam dengan semua orang, dan yang berbeda atau menentang akan dibuang, terlepas dari hal itu benar ataupun salah. Kita diarahkan untuk mengikuti semua kaedah-kaedah yang ada, walaupun kita tidak tahu apakah itu mempunyai maksud yang baik atau buruk. Intinya kita harus berbuat sama.

Ada orang yang dikucilkan karena dia miskin, ada orang yang dijauhi karena dia cacat, ada orang yang tidak mau diterima karena dia banyak bicara, atau mungkin ada orang yang disingkirkan karena dia berprestasi atau menaati aturan. Benarkah kita dilahirkan untuk menghargai perbedaan? Atau kita terlalu munafik untuk membenarkan bahwa kita egois?

Aku pernah mendengar sebuah cerita dari temanku, di sekolah misalnya dia sangat jujur dan tidak mau menyontek saat ujian. Namun ‘budaya’ di sekolahnya mengharuskan dia untuk bisa bekerjasama saat ujian, ya mencontek. Dia menolak dan tetap pada idealismenya - yang benar - untuk tidak mencontek. Hasilnya ya tentu saja, dia dikucilkan di kelompoknya dan dianggap orang yang sok baik sehingga berakhirlah ceritanya. Apakah kita sudah buta dalam menyikapi suatu perbedaan sehingga tidak mampu menentukan mana yang baik dan buruk? Atau apakah kita masih menerapkan konsep klasik bahwa kalau bersama-sama pasti benar, dan bukannya benar dipakai bersama?

Setiap orang memang dilahirkan tidak sama, baik disengaja ataupun tidak, namun itulah kenyataannya. Lalu apa masalahnya terhadap perbedaan tersebut? Bukankah perbedaanlah yang membuat hidup ini semakin berwarna? Layaknya taman bunga, warna warni dari bunga tersebutlah yang membuat tempat itu menjadi semakin indah, dibandingkan dengan sehamparan tanaman yang monoton. Lalu bagaimana dengan manusia, apakah kita memang lebih suka hidup dengan sesuatu yang homogen?

Setiap manusia diciptakan memiliki pikiran dan hati, yang membuatnya bisa menentukan mana yang baik buruk, benar salah. Begitu pula selayaknya seorang manusia, mampu menggunakan anugerah yang diberikan tersebut, termasuk dalam menyikapi suatu perbedaan. Seperti hal-hal teoritis yang sering disampaikan, “perbedaan itu bukanlah masalah tapi anugerah”. Mungkin kata-kata ini tetap takkan bermakna sampai kita berhenti meyakini dan memuja saja kata-kata tersebut dan mulai melakukan tindakan nyata untuk mewujudkannya.

Kita tentu mampu menggunakan hati nurani kita untuk menentukan mana yang benar dan salah. Kita harusnya sadar, ya sadar tentang hidup ini. Dan menerima bahwa hidup ini memang penuh dengan perbedaan (anugerah). Saat kita sudah mulai bisa menerima, maka kita akan bisa menghargai setiap perbedaan yang ada. Karena memang untuk itulah manusia dilahirkan, bahwa kita hidup untuk menjalani perbedaan, dan perbedaan itulah yang membuat kita merasa hidup.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Saya Wirga Wirgunatha, hanya seorang manusia yang ingin membagikan pemikiran melalui sebuah tulisan. Memiliki ketertarikan terhadap alam dan kehidupan.

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

recent posts

Blog Archive

  • September 2019 (2)
  • Agustus 2019 (9)
  • Mei 2019 (4)
  • April 2019 (15)
  • Maret 2019 (28)
  • Februari 2019 (3)
  • Januari 2019 (3)
  • November 2018 (6)
  • Agustus 2018 (1)
  • Juli 2018 (1)
  • Mei 2017 (1)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (4)
  • Oktober 2016 (2)
  • September 2016 (1)
  • Agustus 2016 (5)
  • Juli 2016 (5)
  • Januari 2016 (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Label Cloud

  • Artikel
  • Buku
  • Cerpen
  • Coretan
  • Puisi

Popular Posts

  • Cinta dan Sampah Plastik
    Hari ini aku baru saja mendengarkan ceramah yang menggebu-gebu dari seorang aktivis kampus. Di kampusku sedang ada ada acara bertajuk ...
  • Puisi - Aku Mencari
    Aku mencari kedamaian dari kumpulan kata Cerita sebagai pelipur derita Pada kutipan Pada sajak Pada pusi Namun tak juga ku...
  • Dengarkanlah - Reza A.A. Wattimena
    Secangkir teh. Seorang Zen Master menerima kunjungan dari profesor. Ia ingin belajar tentang Zen. Zen Master menawarkan teh dengan sop...
  • Cerpen - Siklus Waktu
    Aku adalah anak perempuan semata wayang. Hal tersebut membuat kedua orang tuaku membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Waktu berlalu, ...
  • Pria Bali
    Saat itu aku sedang mendengar keluhan seorang bapak yang mungkin usianya menginjak enam puluhan tahun itu. Dari catatan kesehatannya dia...

Quotes

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates