
Dalam buku yang sangat mengesankan
ini digambarkan beberapa kepingan cerita yaitu bagaimana masa lalu Eben
Alexander saat masih kecil hingga dia menjadi seorang dokter, lalu apa yang
terjadi pada tubuh fisiknya saat dia mengalami koma dan bagaimana dukungan dari
seluruh anggota keluaranya, serta apa yang dia temui saat berada di alam baka
sana. Pengalaman ini dimulai pada saat suatu hari Eben tiba-tiba mengalami koma
setelah terkena infeksi meningitis bakteri E.coli (penyakit yang sangat
jarang). Dia awalnya mengalami nyeri yang begitu hebat, kejang-kejang dan
akhirnya tidak sadarkan diri.
Eben menceritakan bahwa alam
spiritual yang ia temui terdiri dari beberapa bagian. Yang pertama ia
menyebutnya Pandangan Mata Cacing Tanah. Disana dia berada seperti di kegelapan,
dengan suara berdentum yang berirama, serta berbau biologis. Dia merasa sadar,
tapi kesadaran tanpa memori atau identitas. Dia tak mempunyai tubuh karena seolah
merupakan bagian dari seluruh yang ada di dalam alam tersebut. Waktu juga tidak
bisa ditentukan saat disana.
Setelah melewati alam kegelapan
itu Eben dibawa ke sebuah tempat yang sangat indah yang disebut gerbang oleh
sesuatu yang memancarkan cahaya putih emas. Dia melewati lorong bercahaya dan
seperti terbang diatas pemandangan yang sangat indah. Dibawahnya terdapat alam
pedesaan yang sangat nyata terasa. Dia juga mendengar suara yang begitu merdu
sehingga membuatnya merasa damai. Disampingnya ada seorang gadis cantik yang
ikut terbang bersamanya dan memberikan tiga buah pesan yaitu “kau dikasihi dan
sangat berharga, tidak ada yang perlu kau takutkan, serta kau tidak bisa
berbuat salah.”
Selanjutnya Eben dibawa ke alam ketiga
yang lebih tinggi disebut Inti ditemani bola transparan yang berkilauan. Dia melewati
sebuah lubang besar yang gelap namun juga menentramkan. Di sana setiap
pertanyaan yang dia miliki langsung diberikan jawabannya tidak melalui bahasa
namun melalui wawasan yang langsung diterimanya. Dia seperti bertemu dengan Tuhan
yang mana dia merupakan bagian dari Tuhan itu sendiri. Di sini dia
diberitahukan bahwa semesta tidak hanya satu, melainkan sangat banyak, dan
kasih sayang ada di pusat semua semesta itu. Kejahatan pasti ada untuk
pertumbuhan, tapi jumlahnya jauh lebih kecil dari kebaikan. Dia juga
ditunjukkan bahwa banyak entitas lain di semesta ini selain manusia yang kita
ketahui.
Selama Eben berada di tempat
spiritual tersebut dia terus berpindah tempat dari pandangan mata cacing tanah,
gerbang dan inti hanya dengan memikirkannya. Banyak wawasan tiba-tiba meresap
dalam dirinya. Dan dia menyadari bahwa kasih tak bersyarat serta penerimaan
yang dia alami adalah sesuatu paling penting yang ia dapatkan. Serta bahwa kita
adalah satu dengan Tuhan dan tidak terpisahkan.
Ada sekilas cerita yang
menggambarkan tentang pergumulan batin dalam diri Eben, yaitu saat dia
menyadari bahwa dia adalah anak adopsi dalam keluarnya. Walaupun dia dibesarkan
dengan penuh kasih sayang namun tetap saja dia merindukan kedua orang tua kandungnya
yang tidak bisa merawatnya karena saat itu mereka masih sangat muda. Keadaan itu
membuatnya merasa tidak dikasihi termasuk merusak pandangannya terhadap Tuhan. Lama
setelah itu saat dia berhasil menemukan dan menjalin kembali hubungan baik
dengan orang tua kandungnya namun tetap tidak bisa merubah kepercayaannya
terhadap ada sosok Tuhan yang penuh cinta kasih.
Eben sadar dari mati surinya pada
hari ketujuh. Diceritakan habwa dia ditarik keluar dari alam itu oleh bayangan
orang-orang yang dicintainya, termasuk keluarganya. Seiring berjalannya waktu
kondisi fisik dan kesadarannya membaik hingga dia mencoba mempelajari
pengalaman apa yang ia alami selama ia di alam baka tersebut. Dan berbagai
pengalaman itu mampu merubah seluruh pandangan yang dia miliki sebelumnya.
Pada akhir dari buku ini Eben
memaparkan beberapa teori ilmiahnya yang menyatakan tentang kejadian mati suri
yang ia alami. Namun dari pengalaman yang ia alami tersebut ia mempercayai
bahwa ada suatu alam spiritual dimana diri spiritual kita lebih nyata daripada
apa pun yang kita rasakan di dunia fisik ini, dan memiliki koneksi surgawi
dengan kasih Sang Pencipta yang tak terbatas.