Buku - The Celestine Prophecy
“Ada semacam kebangkitan dalam
kesadaran, yang berlangsung secara perlahan. Tidak bersifat agamawi, melainkan
spiritual. Kita tengah menemukan sesuatu yang baru tentang kehidupan manusia di
planet ini, tentang makna eksistensi kita. Dan pengetahuan ini akan mengubah
hakikat manusia secara dramatis.”
Saat membaca “The Celestine
Prophecy” karya James Redfield ini, aku langsung dibawa pada sebuah perenungan
yang mendalam. Pada sebuah ajaran universal yang apabila diresapi lebih dalam
seharusnya dapat diterima oleh semua orang untuk membawa kebahagiaan dunia. Buku
ini tentu saja dapat mengajarkan banyak pelajaran dan prinsip mengenai keadaan
spiritualitas di era teknologi, serta komunitas manusia pada umumnya.
Novel ini menceritakan tentang
sembilan manuskrip kuno yang ditemukan di pedalaman hutan dan pegunungan Peru,
yang berisi sembilan wawasan rahasia yang dapat menuntun umat manusia ke arah
kehidupan spiritual yang lebih tinggi, serta menciptakan transformasi besar
saat manusia telah mencapai tingkatan tersebut.
Di cerita ini disampaikan bahwa
pemerintah Peru ingin memusnahkan seluruh salinan manuskrip ini dengan dukungan
pihak gereja pimpinan Kardinal Sebastian. Namun salah seorang pastor berhasil
menyebarkan salinan manuskrip itu, di antaranya kepada Charlene, seorang
peneliti dari Amerika. Ketika kembali ke negaranya, Charlene menceritakan
pengalamannya kepada seorang teman lama. Pria ini tertarik untuk berangkat ke
Peru dan di sana ia terlibat dalam petualangan menyelamatkan delapan wawasan
yang sudah ditemukan sekaligus mencari wawasan yang ke sembilan.
Dari berbagai peristiwa, pria ini
mempelajari satu demi satu wawasan sampai akhirnya ia tertangkap dan
dijebloskan ke penjara. Dalam tahanan, seorang pastormemberitahukan bahwa
pemerintah Peru berhasil menghancurkan manuskrip itu. Itu berarti setiap orang
yang pernah mempelajarinya harus mengingat isinya baik-baik dan menyampaikan
pesannya pada orang-orang yang mau mendengar. Kisah ini ditutup dengan pria
tersebut dibebaskan dan dikembalikan ke negaranya, dan mungkin tugasnya untuk
juga mencari wawasan selanjutnya yaitu wawasan ke sepuluh.
Pada intinya, novel ini bertumpu
pada premis bahwa masyarakat kita saat ini sedang mengalami perubahan
besar-besaran mengenai keadaan spiritualitas dalam budaya kita. Dalam arti
tertentu, ini benar, banyak individu dalam budaya barat sebenarnya menyerahkan
sistem kepercayaan yang dikenal sebagai agama-agama Ibrahim, kepada kepercayaan
Timur seperti Taoisme atau Buddhisme. Pemberontakan intelektual terhadap sistem
kepercayaan tradisional ini telah menghasilkan banyak individu yang merangkul
sistem pemikiran pseudo-filosofis dan spiritual yang baru. Namun, novel ini
tidak bertumpu pada sistem kepercayaan apa pun yang telah dibuat. Alih-alih,
dalam buku ini, James Redfield berupaya menciptakan aliran pemikiran spiritual
baru, dengan gagasan dan ajarannya sendiri. Aliran pemikiran baru ini diilhami
oleh aliran spiritualitas timur, namun sama sekali berbeda.
Pada catatan lain, tema yang
dieksplorasi dalam novel ini adalah untuk kembali ke bentuk spiritualitas yang
lebih tua. Ini dinyatakan dalam sembilan wawasan sebagai umat manusia harus
berkembang ke akar spiritual, di mana Bumi, dan semua bentuk kehidupan dipandang
sebagai energik dan sakral. Tema sentral yang dieksplorasi dalam novel ini
tentang menyerahkan diri pada tatanan karma alam semesta. Hal ini secara
material dapat diartikan sebagai pemisahan diri seseorang dari bentuk hierarki
dan kekuasaan, dimana manusia hanyalah satu bagian kecil dari semesta dan
bukannya sebagai penguasanya.
Sebagai kesimpulan, The Celestine Prophecy adalah sebuah
novel yang mengadvokasi perubahan drastis dalam keseluruhan umat manusia. Hal ini
melibatkan pada kembalinya kita ke bentuk awal pencerahan spiritual, seperti
yang dilakukan oleh leluhur kita. Hanya di era ini kita terhubung secara
spiritual dengan tatanan kosmik alam semesta. Di era modern, kita harus
berusaha menghilangkan setiap penghalang yang memisahkan kita dari tatanan ini,
termasuk peradaban dan humanisme itu sendiri.
1 comments
i like this book. made me change.
BalasHapus