Storm

by - Maret 24, 2019


"And once the storm is over,you won't remember how you made it through, how you managed to survive. You won't even be sure whether the storm is really over. But one thing is certain,when you come out of the storm, you won't be the same person who walked in. That's what this storm's all about.” ~ Haruki Murakami

Pernahkah kau mengalami saat yang buruk dalam hidupmu? Satu pengalaman yang membawamu pada kesedihan yang dalam, marah, kecewa, cemas, dan kau merasa tidak mampu lagi melanjutkan hidupmu. Satu hari yang selalu kau ingat dalam ingatan, hinga tanpa kau sadari hari itu telah berlalu, dan kau ternyata mampu melewati itu semua hingga hari ini.

Setiap orang punya hari itu, saat kita benar-benar merasa jatuh begitu dalam dan membutuhkan uluran tangan orang lain untuk bangkit kembali. Sementara bagiku, saat itu ialah pada pertengahan bulan Juni 2018, hari disaat aku menabrak seorang ibu bersama anaknya yang masih bayi itu.

Disaat aku sedang belajar untuk menyelamatkan hidup orang lain, hampir saja aku malah membunuh satu nyawa orang. Sampai hari ini, setiap potongan kejadian pagi itu masih terus melekat dalam ingatanku. Di pagi yang tergesa-gesa, aku membonceng temanku mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi karena sudah kesiangan menuju tempat pertemuan. Ngebut yang berakhir maut, di sebuh jalanan lurus seorang ibu mengendarai motor tiba-tiba menyebrang dari arah kiriku. Belum sempat aku menghindar sehingga kedua motor saling beradu, menyisakan puing-puing kendaraan dan penyesalan.

Aku panik, takut, kesakitan, mencoba bangkit walau ku lihat sekitar mulai gelap. Pertama aku cari teman yang ku bonceng, syukurlah dia baik-baik saja. Lalu ku dengar suara ibu memanggil nama anaknya, “Anakku, anakku”. Dada ku berdebar kencang, takut kalau sesuatu yang buruk terjadi pada anak itu. Pikiranku sudah melayang entah kemana, namun dengan sisa harapan aku bantu memindahkan anaknya yang mulai tidak sadarkan diri ke pinggir jalan, bingung dengan apa yang harus ku lakukan. Sementara orang-orang mulai berdatangan dan kendaraan di jalan berkerumun memperhatikan apa yang terjadi.

Di saat-saat memilukan, tiba-tiba muncul seorang ibu menaiki motor entah dari mana datangnya. Dia langsung menawarkan bantuan akan mengantar anak itu ke Rumah sakit terdekat. Tanpa berpikir panjang aku langsung mengangkat adik tersebut, walau dengan tanganku yang nyeri susah digerakkan dan menggendongnya di pelukanku. Anak itu berumur sekitar tiga tahun, bola matanya hitam, wajahnya manis polos tanpa dosa seperti anak kecil pada umumnya. Namun yang membuatku tambah takut, di jalan dia cuma diam saja, bernafas susah. Aku mencoba mengajak dia mengobrol dan menguatkannya sambil terus berdoa. Lama setelah itu aku menyadari, ada bantuan Tuhan dalam pagiku yang kelam ini.

Beberapa menit kemudian kami tiba di rumah sakit,dan dokter yang mengenaliku langsung membantu merawat adik kecil yang aku bawa. Yang ku harapkan pada waktu itu hanyalah kesembuhan anak tersebut. Aku bingung, panik, orang tua anak itu juga sudah tiba di rumah sakit dan aku mencoba menenangkan dan meminta maaf kepada meraka.

Pada waktu itu, aku hanya bisa berharap kepada yang di Atas. Dan beliau mengirimkan orang-orang yang sayang padaku. Aku ditemani oleh dua orang sahabatku, kami tidak jadi mengikuti pertemuan tersebut. Mereka menemaniku melewati hari ini, menenangkanku. Aku menelpon ibuku dan beliau berkata, “Tenang saja ya, semuanya akan baik-baik saja”

Akhirnya di saat-saat terberat, tempat kita kembali adalah pada pelukan ibu. Tempat semua penyesalan dan rasa bersalah lebur menjadi benih-benih harapan.

Hari berjalan begitu pelan, pengalaman di jalan tadi masih begitu jelas ku rasakan. Jalan menyimpan banyak cerita, tentang suka dan duka. Namun syukurlah semuanya sudah berlalu, syukur adik itu baik-baik saja pada akhirnya walau harus dirawat selama satu hari di rumah sakit. Begitu juga aku harus berurusan dengan kepolisian dibantu oleh bapakku. Bapak yang selalu memberiku kekuatan untuk melewati masa-masa sulit.

Semenjak kejadian itu aku tidak berani ngebut di jalan. Bukan karena untuk keselamatan diriku semata, melainkan ada banyak nyawa di jalanan ini. Setelah ini, aku bertekad untuk belajar lebih keras untuk menyelamatkan nyawa orang lain.

You May Also Like

0 comments