• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Wirga Wirgunatha

Carpe Diem

Sebagian besar orang menginginkan kedamaian dalam hidup ini. Ingin menjalani hidup yang tenang tanpa gangguan dan ingin semua hal berjalan sesuai dengan harapan. Namun bagaimanapun kita merencanakan, sesuatu itu kadangkala atau seringkali malah terjadi yang sebaliknya. Hal itu membuat kita seakan terlempar jauh ke dasar jurang kehidupan dan hidup kembali tanpa kedamaian.

Salah satu tujuan hidup bisa dikatakan sebagai mencari kedamaian. Namun kedamaian bukanlah sebuah benda yang bisa ditemukan di suatu tempat dan kita bisa memilikinya untuk seterusnya. Bagi orang yang sudah menemukan caranya ya bisa saja seperti itu, namun bagi kita yang masih awam dalam kehidupan tentu akan sangat kesulitan.

Kedamaian seperti suatu yang sangat jauh dari diri kita. Sesuatu yang perlu pengorbanan dan perjuangan yang sangat keras untuk mendapatkannya. Banyak orang melakukan banyak cara untuk menemukan dan mendapatkan kedamaian tersebut.

Ada orang yang mencari kedamaian dengan bepergian ke tempat-tempat yang tenang seperti pegunungan atau pantai. Merasakan nafas alam dan turut bernafas dengannya. Menenangkan pikiran setenang air danau atau mencerahkan pikiran secerah angkasa. Semua ini berhasil pada awalnya, namun tidak bertahan lama. Setelah kembali dihadapkan dengan rutinitas yang menjemukan, kedamaian itu kembali lenyap dengan cepatnya.

Ada orang yang mencari kedamaian dengan mengikuti perkumpulan atau kelompok di bidang tertentu. Ada yang mengikuti kelompok musik, olahraga, seni dan lainnya. Kita menjadi damai saat bisa berkumpul dan tertawa dengan banyak orang. Kita damai saat menjalani aktivitas yang kita sukai bersama-sama. Namun, itu tetap saja semu. Saat kita sendiri dan merasa kesepian, kedamaian itu pergi semudah dia datang kepada kita.

Banyak orang mencari kedamaian di luar dirinya, dari suatu yang dianggap dapat mendamaikan hatinya. Makanan yang enak, tempat yang menyenangkan, teman yang asik, atau aktivitas apapun yang menarik. Kita menganggap kedamaian dicari di suatu tempat dan kita bisa membawanya pulang. Saat kita masih berpikiran seperti itu, maka kedamaian itu adalah semu dan bersifat duniawi. Kedamaian akan hilang dengan mudahnya dan kesedihan kembali menghampiri.

Orang mengatakan “kedamaian sejati muncul dari dalam diri”. Sebenarnya kedamaian yang sesungguhnya terdapat dalam diri kita. Saat kita bisa melihat kedamaian dari dalam diri, maka damailah hidup kita. Orang melakukannya misalnya dengan cara meditasi, merenung atau mendengarkan suara hati. Saat kita mampu dan sering melakukan hal tersebut, kesadaran diri akan muncul dan damailah diri kita.

Beberapa orang menerapkan hal ini dengan menyadari kehidupan, menyadari kita bernafas dan kita hidup. Meditasi merupakan salah satu caranya, yang membantu kita menjadi pribadi yang lebih tenang dan damai dalam menjalani kehidupan. Namun tentu memerlukan waktu dan usaha agar kita mampu mencapai titik tersebut dan hidup dengan damai.


Sama seperti hal yang selalu berubah-ubah, kedamaian itu juga tidak abadi. Kita harus bisa mempertahankan agar diri tetap damai. Salah satunya dengan menyadari bahwa kehidupan memang terdiri dari kejadian baik buruk yang silih berganti dan memang demikian. Saat kejadian buruk menghampiri kita akan tetap damai karena menyadari bahwa hal tersebut merupakan sebuah siklus kehidupan. Saat kejadian baik menghampiri, sudah seharusnya juga kita bersyukur akan karunia tersebut, sehingga hidup senantiasa dalam damai. Hidup dalam damai adalah sebuah jalan kehidupan.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pernahkah kamu merasa hidupmu begitu pengap? Rutinitas yang kamu jalani membawamu dalam arus yang membuatmu jarang untuk berpikir, merenung, berkontemplasi. Kamu hidup seakan hanya untuk menjalani hari, hanya supaya hari berlalu dan kamu bisa menjalani hari berikut. Dan begitulah seterusnya.

Kita menjalani hidup begitu cepatnya. Satu persatu hal berlalu begitu saja, tanpa ada jeda. Bahkan membuat kita jarang berpikir, kehidupan seperti inikah yang benar-benar aku inginkan? Kenapa aku berada di titik ini? Karena terlalu sibuk menjalani rutinitas, kita bahkan enggan untuk memikirkan hal mendasar seperti itu. Kita hanya mengalir mengikuti arus kehidupan, arus tekanan lingkungan. Dan tak peduli walau harus tersesat pada akhirnya.

Ada kala di satu titik kehidupan kita memberikan sebuah istirahat, sebuah jeda untuk merenungkan semua yang telah kita jalani. Memikirkan kembali, memberi ruang kepada diri untuk berbincang dengan hati. Menjauh dari semua hiruk pikuk kehidupan, menjauh dari rutinitas dan orang-orang di sekitar kita. Lalu bertanya pada diri, “Kehidupan seperti apakah yang aku inginkan?”

Berpikir tentang “esensi dari eksistensi”. Kenapa kita terlahir di dunia ini.

Berbagai ajaran ataupun pemikiran menyampaikan tentang apa tujuan dari hidup ini. Ada yang menyampaikan hidup untuk menebus dosa, hidup untuk memperoleh pengampunan, hidup untuk melakukan pelayanan, hidup untuk mencapai kebebasan, serta pemikiran lainnya. Ada tujuan hidup yang didasarkan pada ajaran agama dan ada pula yang berasal dari pemikiran kritis seorang pemikir. Hingga saat ini, tidak ada yang tau pasti tentang tujuan kehidupan ini. Setiap orang memiliki dasar keyakinannya masing-masing dan menjalani hal tersebut.

Terlepas dari setiap perbedaan pemikiran ini, ada beberapa hal yang kita sepakati bersama sebagai bagaimana menjalani kehidupan. Kita hidup untuk mencapai kebahagiaan. Lalu apakah kebahagiaan itu? Maksudku kebahagiaan yang sesungguhnya. Mulailah orang-orang mencari definisi tentang “kebahagiaan”. Kita mulai mencari kegiatan, tempat, orang yang dapat membuat kita bahagia.

Begitulah seterusnya, ada berbagai pertanyaan tentang kehidupan yang mungkin sampai akhir tidak kita ketahui jawaban pastinya. Namun jangan hal ini membuat kita berhenti bertanya dan berhenti merenung memikirkan kehidupan kita.

Bagaimana kita mendefinisikan tujuan hidup kita menentukan apa yang akan kita lakukan dalam hidup ini. jawaban setiap orang adalah berbeda-beda. Mungkin saja tujuan dari hidup ini adalah menjawab pertanyaan “apa tujuan dari hidup ini”.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Saya Wirga Wirgunatha, hanya seorang manusia yang ingin membagikan pemikiran melalui sebuah tulisan. Memiliki ketertarikan terhadap alam dan kehidupan.

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

recent posts

Blog Archive

  • September 2019 (2)
  • Agustus 2019 (9)
  • Mei 2019 (4)
  • April 2019 (15)
  • Maret 2019 (28)
  • Februari 2019 (3)
  • Januari 2019 (3)
  • November 2018 (6)
  • Agustus 2018 (1)
  • Juli 2018 (1)
  • Mei 2017 (1)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (4)
  • Oktober 2016 (2)
  • September 2016 (1)
  • Agustus 2016 (5)
  • Juli 2016 (5)
  • Januari 2016 (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Label Cloud

  • Artikel
  • Buku
  • Cerpen
  • Coretan
  • Puisi

Popular Posts

  • Cinta dan Sampah Plastik
    Hari ini aku baru saja mendengarkan ceramah yang menggebu-gebu dari seorang aktivis kampus. Di kampusku sedang ada ada acara bertajuk ...
  • Puisi - Aku Mencari
    Aku mencari kedamaian dari kumpulan kata Cerita sebagai pelipur derita Pada kutipan Pada sajak Pada pusi Namun tak juga ku...
  • Dengarkanlah - Reza A.A. Wattimena
    Secangkir teh. Seorang Zen Master menerima kunjungan dari profesor. Ia ingin belajar tentang Zen. Zen Master menawarkan teh dengan sop...
  • Cerpen - Siklus Waktu
    Aku adalah anak perempuan semata wayang. Hal tersebut membuat kedua orang tuaku membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Waktu berlalu, ...
  • Pria Bali
    Saat itu aku sedang mendengar keluhan seorang bapak yang mungkin usianya menginjak enam puluhan tahun itu. Dari catatan kesehatannya dia...

Quotes

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates