• Home
  • About
  • Contact
    • Category
    • Category
    • Category
  • Shop
  • Advertise
facebook twitter instagram pinterest bloglovin Email

Wirga Wirgunatha

Carpe Diem


Buku ini menceritakan tentang hari-hari yang dijalani Mitch Albom bersama profesornya dulu yang bernama Morrie yang tengah menjalani hari-hari menjelang kematiannya karena mengalami penyakit saraf yaitu ALS. Di buku ini dilukiskan dengan begitu indah bagaimana seorang yang menjelang tutup usianya membagikan tentang makna kehidupan dan nilai-nilai yang harus kita miliki dalam hidup.

Setelah terpisah selama sekian tahun semenjak kelulusannya, Mitch tidak pernah bertemu lagi dengan dosen kesayangannya tersebut hingga suatu hari saat dia melihat profesornya di layar TV sedang menceritakan kondisi penyakitnya yang mengenaskan. Saat itu Mitch bekerja sebagai jurnalis yang kaya, kondisi hidup yang penuh ambisi namun tak bahagia. Hal itu membuat Mitch ingin bertemu kembali dengan profesornya dan untuk menunaikan janjinya bertemu dahulu. Morrie menyambutnya dengan hangat dan bersemangat, seperti yang dia lakukan sejak dahulu walaupun mereka sudah tidak bertemu selama bertahan-tahun. Dan mereka berbincang tentang kehidupan dan kematian setiap minggu tepatnya hari selasa dan itu seperti tugas terakhir yang sedang mereka selesaikan. Temanya yaitu tentang "Makna Hidup" dan walaupun tidak ada ujian akhir, namun ia diminta untuk menuliskan setiap kisah yang ia terima dalam sebuah buku ini.

Di buku ini Morrie menyampaikan tentang begitu banyak orang yang menjalani hidup tanpa makna. Mereka seperti setengah sadar di saat mereka melakukan sesuatu yang sebenarnya tidaklah penting. Hal ini karena kita mengejar sesuatu yang salah. Cara agar kita mendapatkan makna hidup yaitu dengan mengerahkan diri untuk mencintai orang lain, mengerahkan diri untuk lingkungan di sekitar kita dan mengerahkan diri untuk membuat sesuatu yang memberi kita tujuan dan makna dalam kehidupan.

Setiap hari selasa mereka berbincang tentang banyak hal, seiring dengan kondisi kesehatan Morrie yang semakin memburuk. Di awal mereka berbicara tentang dunia secara keseluruhan. Semenjak sakit Morrie merasa semakin peduli terhadap dunia dan bahwa dia adalah bagian dari semesta ini. Dia merasa bahwa kesulitan orang lain adalah kesulitan dia juga. Morrie juga membahas tentang kematian, dimana dia menganggap bahwa di budaya sekarang kita terlalu takut dengan kematian padahal itu ialah bagian dari kehidupan. Kita harus bisa merangkul kematian dengan begitu kita bisa tulus menjalani kehidupan, "once you learn how to die, you learn how to live".

Begitu juga mereka membicarakan tentang banyak aspek lain dari kehidupan seperti tentang bagaimana kita sering merasa bersalah terhadap diri sendiri, tentang rasa penyesalan, keluarga, emosi, pernikahan, rasa takut terhadap penuaan, dan bagaimana memaafkan. Dalam salah satu pembahasannya, Morrie menyampaikan bahwa materi, uang, atau nama besar tidak bisa dibandingkan dengan orang yang kita sayangi. Mengetahui bahwa ada orang lain yang menyayangi kita jauh lebih penting dari semua hal materi tersebut. Oleh karena itu, dari pada fokus pada materi atau jabatan, kita harus lebih berfokus pada cinta, keluarga dan kasih sayang. Seperti kutipan yang ia sampaikan, "love someone or perish".

Akhir buku ini ialah bagaimana Morrie akhirnya menemui kematiannya namun ia sudah benar-benar siap dengan hal tersebut. Banyak hal yang di dapatkan Mitch dari gurunya tersebut yang membuat ia jadi percaya bahwa tidak ada hal yang terlambat dalam hidup ini dan kita harus menjalani kehidupan ini dengan sebaik mungkin serta berguna bagi orang lain.

"A teacher affects eternity, he can never tell where his influence stop".

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Idenya adalah membuat sebuah taman baca.

Sejak dahulu aku mempunyai cita-cita untuk membuat sejenis perpustakaan dimana setiap orang bebas untuk membaca dan bertukar pikiran tentang apa yang ia baca tersebut. Di sana akan terdapat banyak jenis buku sehingga mereka dari kalangan manapun akan bisa menikmatinya. Mulai dari dewasa hingga anak-anak, dari genre fiksi hingga nonfiksi, sejarah, novel, biografi, filsafat atau yang lainnya. Tempat ini akan ramai oleh mereka yang mencintai buku dan selalu haus akan pengetahuan.

Aku memimpikan sebuah tempat itu, dimana setiap orang bebas menjadi apa yang dia suka. Kita saling mengenal orang-orang baru dan saling bertukar pendapat. Kita berdiskusi tentang nilai-nilai yang bisa diambil dari sebuah buku atau mungkin bisa saja membuat buku yang sangat kita idamkan sejak dulu.

Satu hari aku pernah mengunjungi salah satu taman baca yang ada di daerahku. Tempatnya sangat tertata dan nyaman. Di tengahnya terdapat banyak tanaman perindang dan dikelilingi oleh hamparan sawah yang luas. Terdapat beberapa bangunan yaitu perpustakaan tempat banyak buku bisa dibaca sepuasnya, satu bangunan untuk diskusi juga lapangan untuk melakukan banyak aktivitas. Selain membaca, disini juga sering diadakan diskusi, bedah buku, ataupun acara peluncuran buku. Tempat yang dirancang dengan sederhana namun sangat penuh dengan maknanya.

Banyak yang mengatakan atau aku sendiri juga mengamati bahwa aktivitas membaca, khususnya membaca buku sudah semakin jarang diminati. Ada yang mengatakan karena perkembangan jaman yang membuat semua hal bisa kita lihat dan nikmati dari smartphone di tangan, atau karena akses buku yang sulit ditemukan, hingga ada artikel yang menyebutkan bahwa ada stereotipe yang buruk terhadap seorang pembaca buku. Namun terlepas dari setiap alasan tersebut, aku akui memang karena minat membaca kita yang sudah berkurang. Aktivitas membaca sudah tidak lagi populer dan tergantikan oleh video, games dan hal lainnya. Hal ini terjadi terutama pada anak-anak kita yang tidak lagi ditekankan tentang pentingnya membaca buku.

Sementara aku memilih untuk kembali pada membaca, yaitu membaca buku. Karena ada banyak hal dan nilai-nilai yang bisa didapatkan dari sebuah buku. Untuk itu aku ingin agar setiap orang bisa memetik nilai-nilai tersebut juga. Dan untuk itulah suatu saat nanti aku harapkan bisa mewujudkan sebuah taman baca ini.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Hari ini aku sedang merasa sedih, suasana hatiku buruk karena kegagalanku tidak bisa mencapai apa yang aku inginkan. Aku hanya mengurung diri seharian, mencoba memperbaiki suasana hati tapi tidak berhasil. Dalam situasi seperti ini aku lebih memilih untuk sendiri, mengasingkan diri dari setiap orang di sekitarku dan tidak peduli pada hal lain. Aku berharap dengan sikapku seperti ini akan membuat suasana hatiku membaik dan setiap permasalahan akan membaik juga dengan sendirinya. Namun aku salah. Hal ini tidak membuat masalahku terselesaikan dan malah memperburuk suasana hatiku juga.

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda apabila dihadapkan pada suatu masalah. Ada yang bisa menyelesaikannya dengan tenang, ada yang meluapkan kemarahan pada orang lain, ada yang menangis sepanjang hari, dan ada yang memilih berbagi pada orang yang disayanginya. Sementara aku memilih untuk menyendiri, mencoba menenangkan pikiran hingga siap untuk menghadapi masalah tersebut. Namun tentu saja setiap dihadapkan pada masalah akan membuat orang tersebut merasa rapuh dan mementingkan dirinya sendiri, seperti halnya yang terjadi pada diriku. Saat suasana hatiku buruk, aku tak peduli dengan masalah yang dimiliki oleh orang lain, aku hanya fokus pada diri sendiri. Yang seharusnya, apabila aku bisa sedikit tenang maka aku bisa membantu kesulitan yang orang lain hadapi.

Beberapa saat mencoba menenangkan diri dan berpikir tentang masalah yang aku hadapi, akhirnya aku memilih untuk bangkit. Aku mencoba menghadapi masalah yang menghadang tersebut. Aku bertemu dengan orang lain dan berbagi serta mencari solusi atas masalahku, dan itu berhasil. Saat bertemu dan berbagi dengan orang lain itu membuat suasana hatiku membaik. Dan bukan hanya itu, solusi atas permasalahan bisa ku temui atau minimal aku bisa dengan ikhlas menerima masalahku tersebut. Bahwa masalah adalah bagian dari kehidupan ini. Kata temanku hidup seperti ombak yang naik turun, nikmatilah setiap alirannya tersebut karena memang begitulah adanya. Dan aku juga merasa, saat kita memiliki hari yang buruk cobalah bertemu dengan orang lain dan bantulah kesulitan yang dia alami, maka kita akan merasa baikan. Kita merasa bahwa setiap orang mengalami kesulitan dalam hidupnya dan itu ialah wajar.

Kembali lagi pada kondisiku di awal, bahwa terlepas dari bagaimanapun cara kita dalam menanggapi setiap permasalahan yang ada, yakinlah bahwa setiap masalah pasti akan berlalu. Hari-hari yang sulit pasti akan terlewati dan fajar akan datang menyambut kembali.

Catatan: Saat suasana hatiku membaik, aku bisa lebih bersyukur bahwa aku masih diberikan kekuatan untuk menjalani hari hingga hari ini. Aku bersyukur karena kondisiku masih jauh lebih baik dibandingkan dengan orang lain. Dan saat kondisiku lebih baik, aku bisa melihat lebih jernih tentang tiap permasalahan bahwa selalu ada makna atau hal baik yang bisa diambil dari setiap masalah tersebut.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

“The culture we have does not make people feel good about themselves” ~Mitch Albom

Sering aku mendengar tentang setiap orang memiliki fase nya masing-masing, namun tetap sedih rasanya saat melihat orang lain sudah lebih dahulu sukses daripada kita. Hal itu membuatku merasa gagal dalam hidup ini, dan merasa tak ada hal yang berhasil yang telah ku lakukan. Dan aku sedang berada dalam fase itu.

Kita hidup di masa dimana kita bisa melihat kondisi hidup orang lain dengan mudah hanya dari segenggam layar di tangan. Setiap hari kita diperlihatkan dengan bagaimana kebahagiaan dan pencapaian dari orang lain, juga orang-orang terdekat yang kita kenal. Beberapa ada yang sudah mendapat pekerjaan yang mapan, ada yang akan segera menikah, ada yang sudah lulus sekolah, dan lainnya. Setiap orang seolah berlomba untuk menjadi yang tercepat dalam hidup ini.

Hidup ini seolah adalah lomba lari dan setiap orang dituntut untuk menjadi yang tercepat. Semakin sering kita memikirkan hal ini semakin kita merasa bahwa banyak orang ada di depan dan kita jauh tertinggal. Hal itu
seringkali membuat perasaan sedih dan tidak berguna. Suasana hatiku membaik saat ada yang menyampaikan bahwa setiap orang memiliki fasenya. Ada waktunya nanti kita lulus, bekerja, berkeluarga dan mencapai kesuksesan di masa depan. Setiap orang tidaklah sama, dan yakinlah akan datang fase untuk kita nanti. Dan itu yang membuatku tetap bertahan dan selalu berusaha hingga hari ini.

Tidaklah salah saat kita merasa sedih karena diperlihatkan dengan banyak kesuksesan dan kebahagiaan orang lain di media sosial namun itu bukanlah alasan untuk membuat kita terpuruk. Kita bisa memilih untuk menutup semua "timeline" itu, berhenti melihat kehidupan orang lain dan mulai fokus pada diri sendiri. Entah bagaimana kehidupan orang lain, kita bisa memilih untuk menjalani hidup sendiri dan mulai mencapai apa yang kita cita-citakan.

Karena waktu tidak dapat diputar kembali maka manfaat
kanlah dengan sebaik mungkin. Hanya orang yang tidak puas dengan kehidupannya yang ingin mengulangi masa lalu, sementara mereka yang merasa bersyukur dengan hidupnya, selalu menghadapi apa yang menanti di depan. Seiring aku menyadari tentang realita ini, kondisiku juga menjadi semakin membaik. Ketimbang menghabiskan waktu untuk melihat apa pencapain orang lain, lebih baik aku menggunakannya untuk mulai membuat pencapaianku sendiri. Everything's gonna be okay.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

About me

About Me

Saya Wirga Wirgunatha, hanya seorang manusia yang ingin membagikan pemikiran melalui sebuah tulisan. Memiliki ketertarikan terhadap alam dan kehidupan.

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

recent posts

Blog Archive

  • September 2019 (2)
  • Agustus 2019 (9)
  • Mei 2019 (4)
  • April 2019 (15)
  • Maret 2019 (28)
  • Februari 2019 (3)
  • Januari 2019 (3)
  • November 2018 (6)
  • Agustus 2018 (1)
  • Juli 2018 (1)
  • Mei 2017 (1)
  • Januari 2017 (2)
  • Desember 2016 (5)
  • November 2016 (4)
  • Oktober 2016 (2)
  • September 2016 (1)
  • Agustus 2016 (5)
  • Juli 2016 (5)
  • Januari 2016 (1)
Diberdayakan oleh Blogger.

Label Cloud

  • Artikel
  • Buku
  • Cerpen
  • Coretan
  • Puisi

Popular Posts

  • Cinta dan Sampah Plastik
    Hari ini aku baru saja mendengarkan ceramah yang menggebu-gebu dari seorang aktivis kampus. Di kampusku sedang ada ada acara bertajuk ...
  • Puisi - Aku Mencari
    Aku mencari kedamaian dari kumpulan kata Cerita sebagai pelipur derita Pada kutipan Pada sajak Pada pusi Namun tak juga ku...
  • Dengarkanlah - Reza A.A. Wattimena
    Secangkir teh. Seorang Zen Master menerima kunjungan dari profesor. Ia ingin belajar tentang Zen. Zen Master menawarkan teh dengan sop...
  • Cerpen - Siklus Waktu
    Aku adalah anak perempuan semata wayang. Hal tersebut membuat kedua orang tuaku membesarkanku dengan penuh kasih sayang. Waktu berlalu, ...
  • Pria Bali
    Saat itu aku sedang mendengar keluhan seorang bapak yang mungkin usianya menginjak enam puluhan tahun itu. Dari catatan kesehatannya dia...

Quotes

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates