The Phase
“The culture we have does
not make people feel good about themselves”
~Mitch Albom
Sering aku mendengar tentang setiap orang
memiliki fase nya masing-masing, namun tetap sedih rasanya saat melihat orang
lain sudah lebih dahulu sukses daripada kita. Hal itu membuatku merasa gagal
dalam hidup ini, dan merasa tak ada hal yang berhasil yang telah ku lakukan.
Dan aku sedang berada dalam fase itu.
Kita hidup di masa dimana kita bisa melihat kondisi hidup orang lain dengan mudah hanya dari segenggam layar di tangan. Setiap hari kita diperlihatkan dengan bagaimana kebahagiaan dan pencapaian dari orang lain, juga orang-orang terdekat yang kita kenal. Beberapa ada yang sudah mendapat pekerjaan yang mapan, ada yang akan segera menikah, ada yang sudah lulus sekolah, dan lainnya. Setiap orang seolah berlomba untuk menjadi yang tercepat dalam hidup ini.
Hidup ini seolah adalah lomba lari dan setiap orang dituntut untuk menjadi yang tercepat. Semakin sering kita memikirkan hal ini semakin kita merasa bahwa banyak orang ada di depan dan kita jauh tertinggal. Hal itu seringkali membuat perasaan sedih dan tidak berguna. Suasana hatiku membaik saat ada yang menyampaikan bahwa setiap orang memiliki fasenya. Ada waktunya nanti kita lulus, bekerja, berkeluarga dan mencapai kesuksesan di masa depan. Setiap orang tidaklah sama, dan yakinlah akan datang fase untuk kita nanti. Dan itu yang membuatku tetap bertahan dan selalu berusaha hingga hari ini.
Tidaklah salah saat kita merasa sedih karena diperlihatkan dengan banyak kesuksesan dan kebahagiaan orang lain di media sosial namun itu bukanlah alasan untuk membuat kita terpuruk. Kita bisa memilih untuk menutup semua "timeline" itu, berhenti melihat kehidupan orang lain dan mulai fokus pada diri sendiri. Entah bagaimana kehidupan orang lain, kita bisa memilih untuk menjalani hidup sendiri dan mulai mencapai apa yang kita cita-citakan.
Karena waktu tidak dapat diputar kembali maka manfaatkanlah dengan sebaik mungkin. Hanya orang yang tidak puas dengan kehidupannya yang ingin mengulangi masa lalu, sementara mereka yang merasa bersyukur dengan hidupnya, selalu menghadapi apa yang menanti di depan. Seiring aku menyadari tentang realita ini, kondisiku juga menjadi semakin membaik. Ketimbang menghabiskan waktu untuk melihat apa pencapain orang lain, lebih baik aku menggunakannya untuk mulai membuat pencapaianku sendiri. Everything's gonna be okay.
0 comments