Unperfect

by - April 05, 2019


Akhirnya aku menulis lagi setelah beberapa hari ini vakum karena kondisi tubuhku sedang tidak baik, atau benarkah begitu? Mungkin saja karena aku sempat tidak menulis selama dua hari yang membuatku susah untuk mulai menulis kembali. Rasanya dibutuhkan usaha lebih untuk memaksakan jari menulis lagi lembaran demi lembaran agar menghasilkan suatu karya.

Saat melihat tulisanku dibulan lalu, aku merasa gagal karena tidak mampu menulis setiap hari. Aku hanya menghasilkan 28 dari 31 jumlah hari yang ada. Hal ini membuatku terpuruk dan seperti tidak berusaha maksimal dalam mewujudkan targetku. Aku merasa gagal karena tidak berhasil menulis lagi selama tiga hari tersebut. Tiga buah karya yang seharusnya bisa aku usahakan lebih untuk mewujudkannya. Rasa sedih ini membuatku semakin tidak percaya pada kemampuanku sendiri.

Lama aku memkirkan hal ini sampai akhirnya aku teringat pada sebuah cerita yang disampaikan Ajahn Brahm dalam “Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya”. Disana diceritakan tentang seseorang yang membangun tembok yang terdiri dari seratus buah batu bata. Tembok tersebut terlihat indah dan sempurna, hanya saja terdapat dua buah batu bata yang mengalami kecacatan. Orang tersebut sedih memikirkan dua buah batu bata yang cacat tersebut dan dia merasa gagal dalam membangun tembok itu. Namun seorang biksu menyadarkannya bahwa dari pada bersedih melihat dua buah bata yang gagal, lebih baik fokus pada 98 buah batu bata lainnya yang sempurna diletakkan. Kita bisa memilih untuk bersyukur atas hal baik yang ada ketimbang bersedih meratapi sesuatu yang buruk.

Saat itu aku sadar, begitu juga dengan kasusku ini. Dari pada bersedih atas tiga buah karya yang belum aku tulis, lebih baik aku bersyukur atas 28 karya lainnya. Aku telah menulis 28 karya selama satu bulan dan itu terasa membahagiakan. Sungguh tidak pernah aku berusaha sampai sejauh ini, dan hal itu patut untuk dibanggakan. Aku bisa memilih untuk melihat keberhasilanku menulis 28 karya ketimbang bersedih karena tidak bisa menulis lagi tiga karya.

Begitu pula tentang banyak hal dalam kehidupan kita. Sesuatu yang baik dan buruk datang silih berganti. Dalam hal baik terdapat hal buruk dan begitu juga sebaliknya. Kita bisa memilih untuk meratapi setiap kesedihan atau memlih untuk mencari hal baik dalam setiap hal buruk, itu semua tergantung dari diri kita.

You May Also Like

0 comments