Friends

by - Maret 28, 2019


Kamu merasa sedih saat menyadari kamu tidak bisa mempertahankan teman-teman lamamu. Bukan karena waktu atau pekerjaan, melainkan karena kalian sudah berbeda pemikiran dan tujuan lagi.

Kamu merasa sedih karena tidak lagi bisa dengan mudah mencari temanmu, menceritakan semua keluh kesah dalam hidupmu. Cerita diantara kalian sudah terlalu banyak lubang, bingung harus mulai dari mana, canggung tak tahu harus berkata apa.

Kamu merasa sedih saat temanmu tidak bisa hanya sekadar diajak bercanda atau menghabiskan waktu dengan sekadar duduk mengobrol. Temanmu sudah terlalu sibuk dengan kehidupan dewasanya yang serius, berkutat dengan handphone di tangan atau urusan lain yang tak bisa ditinggalkan. Tak ada waktu untuk bermain katanya.

Kamu bertambah sedih saat banyak kejadian buruk menimpamu. Tidak ada lagi teman untuk berbagi kesedihan, untuk menuangkan semua kekesalan, tidak ada pundak teman untuk bersandar, atau uluran tangan untuk menghapus air mata. Kamu bahkan sedih disaat banyak kejadian baik dalam hidupmu. Karena tak ada lagi teman untuk berbagi kebahagiaan, untuk kamu ceritakan semua pencapaian dan kisah hebatmu. Sedih dan bahagia terasa sama muramnya bagimu saat tak ada teman disisimu.

Lalu tiba saat kau menyalahkan waktu. Atas kekejamannya menjauhkan temanmu dari hidupmu. Dia merubah temanmu menjadi orang yang tak kamu kenal lagi, yang tak lagi ramah, ceria, peduli, tulus dan kamu sayangi seperti dulu. Ingin rasaya kamu mengembalikan waktu ke masa dulu, saat yang ada hanya kamu dan temanmu itu.

Pernah satu waktu kamu mencoba berkumpul kembali dengan teman-teman lamamu, mencoba mengulang cerita lama walau dengan ingatan yang tersisa. Semua kenangan indah masa lalu, kejahilan dimasa remaja, tidur bermain bersama, bertengkar walau akhirnya baikan kembali, dan merasa kalian adalah teman selamanya. Namun ajang kumpul kembali tidaklah lebih dari sekadar basa-basi. Hanya bertanya kabar sekadar tanpa perlu menyelam sampai ke dasar. Semua terasa hambar. Temanmu lebih peduli pada hidupnya sendiri, pada dunianya sendiri. Berulang kali kamu mencoba tunjukkan kepedulian, mencoba tulus memperhatikan, namun itu hanya semakin meninggikan temanmu, dia sudah tak benar-benar peduli padamu.

Pada akhirnya, kamu hanya bisa memandanginya dari kejauhan. Tanganmu tak mampu menggapai pundaknya yang semakin menjauh. Temanmu semakin hilang begitu pula dengan semua kenangan tentang kalian. Namun dalam hati kamu selalu berharap, agar temanmu selalu baik-baik saja dan berbahagia. Setiap saat kamu akan datang saat temanmu membutuhkanmu. Karena kamu tak akan pernah mengecewakan seorang teman.

You May Also Like

0 comments