Why to Live

by - Maret 23, 2019


Kali ini aku tak ingin menyalahkan era media sosial yang membuat orang memandang dirinya rendah, merasa hidupnya tak berarti sementara orang lain diliputi oleh kesuksesan, kebahagiaan dan dikelilingi banyak teman. Tapi ya begitulah juga. Aku hanya merasa, belum cukup baik menjalani kehidupan.
Apa yang ku cari?
Apa yang ingin ku capai? Siapa aku?
Tolak ukur kebahagiaan manusia pada era ini yaitu:
Mereka yang bisa merasakan banyak pengalaman: mengunjungi banyak tempat, ikut banyak kegiatan, punya banyak hobi.
Mereka yang dikelilingi banyak teman atau selalu bersama pasangan.
Mereka yang setiap hari ada di media sosial.
Lalu bagaimana dengan orang yang lebih memilih menepi sendiri? Tidakkah mereka layak untuk bahagia?
Oh ya aku lupa, adalah kebutuhan dasar manusia untuk diakui oleh orang lain, dianggap ada di dunia ini. Maka tak salah jika ia berlomba-lomba menunjukkan eksistensi pada dunia. Menunjukkan diri mereka dengan penuh kebahagiaan. Hanya untuk mendapat pengakuan.
Apa artinya pertemanan yang luas namun dangkal?
Apa artinya pengalaman yang banyak namun semu?
Apa artinya terlihat bahagia namun menderita di dalam?
Apa artinya hidup tanpa makna?
Aku banyak tak setuju tentang hal, bukan semata-mata karena aku tak menyukainya, melainkan karena aku tak bisa mencapainya. Ah ironis sekali.
Aku benci temanku yang sering ke luar negeri.
Aku benci temanku yang pintar fotografi.
Aku benci temanku yang jago main musik.
Aku benci temanku yang sering kumpul bersama teman.
Aku benci temanku yang bebas ekspresikan kata di media sosial.
Aku benci temanku yang statusnya jadi trending topic.
Aku benci temanku yang baca banyak buku.
Aku benci temanku yang ikut banyak kegiatan.
Dan lain-lainnya.
Sementara aku hanya jadi penonton. Membenci setiap kesuksesan mereka, padahal mereka temanku. Aku munafik sekali. Sebenarnya aku lah orang jahat itu, yang terus mengagungkan kebaikan hatiku, kesederhanaan jiwaku. Aku tak bisa mencapai itu semua makanya aku membenci mereka.
Lalu, sekarang bagaimana?
Apa jawaban dari setiap pertanyaanku? Setiap pergulatan batinku?
Why to live?
Salah satu kebahagiaan ialah saat kita terhubung dengan orang lain. Dulu rasanya aku merasa lebih hidup saat aku sibuk dengan banyak aktifitas, bertemu dan bercengkrama dengan banyak orang. Sementara sekarang aku lebih sibuk dengan diri sendiri, membangun diri. Manakah yang lebih baik? Yang lebih abadi?
Mungkin ada baiknya aku lebih banyak belajar tentang kehidupan dengan bertemu orang lain, berbagi cerita, berbagi kehidupan. Dan semoga jawaban akan berada seiring dengan perjalanan.

19/10/2018

You May Also Like

0 comments