Resensi Buku - The Leader Who Had No Title

by - Februari 28, 2019


Buku ini merupakan salah satu buku yang berisi pengalaman Robih Sharma selama menjadi konsultan kepemimpinan di berbagai perusahaan dan mengelola oganisasi berskala internasional. Di sini dijelaskan bahwa, untuk mengahadapi dunia yang terus berubah dan tidak terduga ini rahasianya yaitu melalui kepemimpinan. Kepemimpinan bukanlah sesuatu yang hanya dimiliki oleh pemimpin perusahaan, kepala negara, atau orang penting lainnya. Semua orang dengan berbagai profesi, dari manapun berhak dan harus mempelajari kepemimpinan yang benar untuk menjadi pemenang dalam pekerjaan dan kehidupan. Sehingga kita mampu menunjukkan potensi terbaik kita dan merasa bahagia.

Dalam buku ini diceritakan tentang seorang penjaga toko buku bernama Blake Davis yang merasa hidupnya kering dan datar. Baginya pekerjaan hanyalah jalan untuk membayar tagihan daripada sarana untuk menunjukkan kemampuan terbaik. Hingga suatu hari muncullah keajaiban pada rutinitas hariannya yang luar biasa membosankan. Ia mendapat teman baru berusia 77 tahun yang telah berkali-kali menyandang gelar Employee of The Year. Selama 50 tahun masa kerjanya pria tua itu menolak berbagai promosi jabatan yang ditawarkannya dan tetap ingin menjadi penjaga toko buku dengan pendapatan yang sangat menggiurkan.

Dalam pertemuan Blake Davis dengan rekan kerja sekaligus gurunya itu, ia diajarkan tentang rahasia kepemimpinan yang mampu merubah kehidupan seseorang. Bahwa kita semua sebenarnya memiliki jiwa pemimpin dalam diri yang ingin diungkapkan. Dengan membangkitkan jiwa pemimpin ini kita mampu bersinar baik apapun jabatan kita dalam suatu pekerjaan. Intinya yaitu cintai pekerjaan yang kita miliki dan mulai dari mengembangkan potensi dan kepemimpinan yang kita miliki.

Sebelum mempelajari empat filosofi memimpin tanpa jabatan ia diajak untuk merenungi apa yang terjadi saat kita mati. Bagaimana kita akan dikenang apakah sebagai seorang pecundang atau pemenang. Tentunya kita ingin dikenal hebat saat meninggal nanti dan itu memberi kita motivasi untuk melakukan yang terbaik di kehidupan. Menjalankan sikap kepemimpinan dibutuhkan disiplin dan kerja keras untuk mewujudkannya. Karena sukses diciptakan melalui rutinitas kecil harian yang seiring waktu menelurkan pencapaian jauh melebihi yang kita rencanakan.

Disini Blake diajak menemui empat guru lainnya yang mengajarkan tentang filosofi pemimpin tanpa jabatan. Guru pertama yaitu seorang asisten rumah tangga di hotel ternama. Dia mengatakan bahwa kita tak butuh jabatan untuk menjadi pemimpin. Setiap orang bisa menjadi pemimpin sebagai apapun dia. Dan untuk mewujudkannya kita harus memiliki IMAGE – yaitu innovation, Mastery, Authenticity, Guts dan Ethics. Kepemimpinan dimulai dari diri sendiri, bagaimana kita menunjukan semangat positif dari dalam diri. Terus bekerja keras mengembangkan diri agar menjadi yang terhebat di bidang kita dimana pun berada. Tunjukkan aura positif ke sekitar, berbuat baik dan jangan pernah merasa bahwa yang kita lakukan tidak berguna.

Pelajaran yang kedua membawanya pada seorang mantan pemain ski profesional yang telah mengunjungi berbagai belahan dunia. Melalui berbagai pengalamannya jatuh bangun di bidang yang ia geluti, ia mengatakan bahwa masa-masa bergejolak membentuk pemimpin hebat. Kta pasti pernah mengalami masa-masa sulit dalam kehidupan namun saat kita putuskan untuk tidak pernah menyerah maka kita akan terus tumbuh menjadi orang hebat nantinya. Sebuah mimpi yang mati akan melahirkan mimpi baru lagi. Kuncinya yaitu dengan SPARK – yaitu Speak with condor, Prioritize, Adversity breeds opportunity, Respond versus react, dan Kudos to everyone.

Selanjutnya ia bertemu dengan mantan CEO yang bekerja sebagai pengurus taman di sebuah perpustakaan. Dia mengatakan bahwa semakin dalam hubunganmu semakin kuat kepemimpinanmu. Kepemimpinan yaitu bagaimana cara kita dalam memperlakukan dan berhubungan dengan orang lain. Saat kita mampu mengembangkan potensi yang orang lain miliki itu artinya kita juga mengembangkan diri sendiri. Kita juga harus bisa memperlakukan orang lain, baik dengan jabatan apapun dengan sebaik mungkin karena setiap orang berarti dalam sebuah tim. Caranya yaitu melalui HUMAN – Helpfulness, Understanding, Mingle, Amuse, dan Nurture. Dengan menunjukkan sikap positif, membantu orang lain, lebih banyak mendengarkan dan menghargai orang lain kita akan lebih mudah masuk dalam hati dan kehidupan orang lain sehingga juga meningkatkan produktivitas kita dalam hidup.

Guru yang terakhir yaitu seorang tukang pijat profesional yang telah melayani berbagai orang baik yang terkenal maupun biasa saja. Ia sangat mencintai pekerjaan yang ia lakukan dan bisa membuat orang lain tetap bugar membuatnya merasa bahagia. Karena kesehatan adalah satu-satunya hal yang sering kita abaikan namun saat tak memilikinya apapun akan kita beri untuk mendapatkannya. Dia mengatakan bahwa untuk menjadi pemimpin besar jadilah orang besar dulu. Kita harus mampu memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain. Bekerja keras terus melatih diri dengan prinsip SHINE – See clearly, Health is Wealth, Inspiration matters, Neglect not your family, dan Elevate your lifestyle. Disini disampaikan tentang betapa pentingnya bangun pukul 5 pagi untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia. Saat bangun kita bisa melakukan beberapa hal seperti belajar, melakukan peneguhan, visualisasi, menulis, menetapkan tujuan, berolahraga dan memperoleh nutrisi yang baik.

Begitulah seluruh cerita yang didapatkan oleh Blake yang kelak akan merubah karier dan kehidupannya secara keseluruhan. Intinya yaitu apapun pekerjaan dan posisi kita, lakukanlah yang terbaik dan bersinarlah di bidang itu. Begitu pula dengan berbagai hal lain dalam kehidupan, milikilah hubungan yang baik dengan orang lain dan keluarga, berjuang untuk terus mengembangkan potensi diri, terus bermotivasi, dan yang terpenting jangan pernah menganggap yang kita lakukan sia-sia. Dan akhirnya kita siap untuk membangkitkan jiwa kepemimpinan dalam diri kita.

You May Also Like

0 comments