Sincerity

Beberapa hari yang lalu juga
salah satu teman baikku berulang tahun. Di salah satu chat grup kami mulai ramai
untuk memberikan ucapan, ada yang aneh-aneh dan ada yang sekadarnya saja. Sementara
aku yang waktu itu kebetulan bertemu dengannya, memberikan ucapan langsung
setulus hatiku berharap agar dia bahagia dan dilancarkan dalam kehidupannya. Sementara
kalau aku tak bisa mengucapkan secara langsung, aku akan mengucapkan lewat
pesan pribadi dengan penuh kepedulian.
Dua hal di atas adalah contoh
tentang kepedulian yang ingin ku sampaikan disini. Mungkin saja benar atau
tidak, tapi aku lihat banyak hal yang kita lakukan bukan atas dasar kepedulian
yang murni melainkan hanyalah formalitas semata. Saat ada yang bersedih, kita
mengucapkan rasa duka cita yang seadanya, hanya mengikuti keramaian saja. Bukannya
mengulurkan tangan secara langsung, mendengar duka orang tersebut dan
menunjukkan rasa peduli kita.
Bahkan ada beberapa orang hanya menunjukkan
pada media sosial bahwa dia peduli pada kesusahan orang lain, hanya supaya
banyak orang melihatnya murah hati. Teman kita tidak memerlukan semua ucapan
ramai di grup yang tanpa makna tersebut. Semuanya terlihat seolah banyak yang
peduli padanya tapi sebenarnya tak ada apa. Dia tetap melewati luka itu seorang
diri. Yang dia perlukan ialah bahu untuk bersandar, senyum ramah kita yang
mampu membuatnya bangkit kembali.
Tidak hanya itu, rasa peduli juga
memudar saat melihat orang lain bahagia. Misalkan saja di hari ulang tahun atau
hari pernikahan orang lain. Ratusan bahkan ribuan ucapan selamat datang namun
semuanya tanpa makna, hanya rutinitas semata. Banyak orang membuat vidio,
disebarkan ke dunia maya, hanya untuk menampakkan bahwa dirinya bahagia. Namun sebenarnya
tak ada yang benar-benar peduli, hanya begitu saja.
Terkadang, teman kita tak peduli
dengan semua ucapan atau apalah itu di dunia maya. Ia hanya ingin kita berada
di sampingnya di saat bahagianya. Ikut mendoakan dengan tulus dan yang
terpenting untuk ikut merasa bahagia. Karena apalah arti semua ucapan itu jika
tak ada raga nyata yang diajak untuk berbagi kebahagiaan.
Mungkin saja memang pada masa
sekarang ini, rasa peduli sudah menipis, mungkin aku juga seperti itu. Tapi aku
selalu berusaha untuk menunjukkan rasa peduli yang dalam, yang memang karena
aku peduli dan bukan atas dasar lainnya. Dan aku harap akan banyak pula yang
memiliki rasa peduli terhadapku.
0 comments