Sincerity

by - November 23, 2018


Beberapa hari yang lalu ada salah satu saudara jauhku masuk rumah sakit. Aku tidak terlalu mengenalnya dengan baik namun karena masih keluarga besar jadi aku memutuskan untuk menjenguknya (terlebih karena aku bekerja di rumah sakit yang sama juga). Sampai di sana aku bertemu dan mengobrol dengannya dan beberapa keluarga lain yang menjenguk juga. Aku menunjukkan rasa peduli ku sepenuhnya agar ia segera sehat kembali dan bisa beraktifitas seperti biasa.

Beberapa hari yang lalu juga salah satu teman baikku berulang tahun. Di salah satu chat grup kami mulai ramai untuk memberikan ucapan, ada yang aneh-aneh dan ada yang sekadarnya saja. Sementara aku yang waktu itu kebetulan bertemu dengannya, memberikan ucapan langsung setulus hatiku berharap agar dia bahagia dan dilancarkan dalam kehidupannya. Sementara kalau aku tak bisa mengucapkan secara langsung, aku akan mengucapkan lewat pesan pribadi dengan penuh kepedulian.

Dua hal di atas adalah contoh tentang kepedulian yang ingin ku sampaikan disini. Mungkin saja benar atau tidak, tapi aku lihat banyak hal yang kita lakukan bukan atas dasar kepedulian yang murni melainkan hanyalah formalitas semata. Saat ada yang bersedih, kita mengucapkan rasa duka cita yang seadanya, hanya mengikuti keramaian saja. Bukannya mengulurkan tangan secara langsung, mendengar duka orang tersebut dan menunjukkan rasa peduli kita.

Bahkan ada beberapa orang hanya menunjukkan pada media sosial bahwa dia peduli pada kesusahan orang lain, hanya supaya banyak orang melihatnya murah hati. Teman kita tidak memerlukan semua ucapan ramai di grup yang tanpa makna tersebut. Semuanya terlihat seolah banyak yang peduli padanya tapi sebenarnya tak ada apa. Dia tetap melewati luka itu seorang diri. Yang dia perlukan ialah bahu untuk bersandar, senyum ramah kita yang mampu membuatnya bangkit kembali.

Tidak hanya itu, rasa peduli juga memudar saat melihat orang lain bahagia. Misalkan saja di hari ulang tahun atau hari pernikahan orang lain. Ratusan bahkan ribuan ucapan selamat datang namun semuanya tanpa makna, hanya rutinitas semata. Banyak orang membuat vidio, disebarkan ke dunia maya, hanya untuk menampakkan bahwa dirinya bahagia. Namun sebenarnya tak ada yang benar-benar peduli, hanya begitu saja.

Terkadang, teman kita tak peduli dengan semua ucapan atau apalah itu di dunia maya. Ia hanya ingin kita berada di sampingnya di saat bahagianya. Ikut mendoakan dengan tulus dan yang terpenting untuk ikut merasa bahagia. Karena apalah arti semua ucapan itu jika tak ada raga nyata yang diajak untuk berbagi kebahagiaan.

Mungkin saja memang pada masa sekarang ini, rasa peduli sudah menipis, mungkin aku juga seperti itu. Tapi aku selalu berusaha untuk menunjukkan rasa peduli yang dalam, yang memang karena aku peduli dan bukan atas dasar lainnya. Dan aku harap akan banyak pula yang memiliki rasa peduli terhadapku.

You May Also Like

0 comments