Dry

by - November 23, 2018


Satu hari aku pergi ke kota untuk mengunjungi beberapa teman yang sudah lama tidak bersua. Aku meluangkan waktu, mengesampingkan lelah untuk sesaat. Banyaknya kesibukan belakangan ini membuatku jarang bertemu dan menghabiskan waktu bersama mereka. Dulu kami biasa kemana bersama, bercerita tentang kesibukan masing-masing atau hal-hal receh yang kami temui di jalan. Hingga akhirnya sekarang kami memiliki kehidupan masing-masing dan semakin jarang bertemu.

Awalnya aku berniat bertemu mereka untuk saling bertukar cerita, berbagi rasa. Aku mencoba bertanya cerita yang mungkin terlewatkan olehku. Aku ingin tahu tentang kehidupannya sekarang, hal baik dan buruk yang ia lalui dan tentang apapun. Dulu biasanya kami sering bercerita tentang hari-hari yang ia lalui, tentang orang menyebalkan yang ia temui, tentang keluarganya, tentang pasangannya yang mulai menyebalkan, hingga tentang game, komik yang kami sukai, film dan hal lainnya. Dengan satu teman lainnya pula kami senang berbincang tentang wanita, tentang beberapa tokoh dunia, tentang surga neraka, tentang kehidupan. Dan semua diakhiri dengan tertawa bersama.

Namun semua ekspektasiku berubah setelah bertemu dengan mereka. Kami berkumpul, namun mereka semua sibuk dengan gadget mereka masing-masing, dengan dunia mayanya. Aku merasa bingung, di saat ada orang nyata di sekitar kita mengapa kita malah sibuk dengan dunia sendiri. Padahal kita juga dalam kondisi jarang bertemu. Sekali kita mengobrol, mereka malah mengobrol tentang orang lain, tentang aib orang lain. Atau  sekali mengobrol tentang kesusahan orang lain lalu berpura peduli dan tentang kebahagiaan orang lain lalu berpura senang juga. Miris. Bukan itu yang aku ingin dengar dari kalian, aku hanya ingin mendengarkan cerita tentang kalian, tentang hari-hari kalian. Tertawa bersama tentang hal-hal receh sekalipun.

Kemudian aku berpikir, ya waktu sudah berubah tapi apakah itu harus merubah diri kita pula. Aku mungkin tak bisa berharap mereka tetap menjadi orang yang sama. Tawa dahulu bisa jadi asing sekarang. Aku merasa semakin jauh dengan diri mereka, entah karena jalan yang kita pilih telah berbeda atau karena mereka memasang tameng di sekitar diri mereka. Keduanya sama. Mungkin mereka lebih suka terlihat baik di luar padahal kering di dalam.

Suatu hari aku pernah menulis, “hubungan itu sama seperti tanah, saat dia kering maka akan mudah pecah, retak dan terpisah. Berikan sedikit air padanya maka ia akan tetap menyatu”. Air itu bisa ibarat kasih sayang, tawa, canda, perasaan saling mengasihi. Dan sekarang, aku merasa air diantara kami sudah berkurang, hubungan ini mulai mengering.

Akhirnya aku mencoba menyamankan diriku dengan pribadi mereka yang sekarang ini. Yang hanya ingin terlihat baiknya saja, yang tak ingin diri mereka dimasuki lebih dalam lagi. Hal ini membuatku merenung, apakah ini karena mereka tak mengganggapku teman seperti yang sebelumnya, atau memang kehidupan orang sekarang ini yang membuat kita tak ingin mengenal orang lebih dalam. Kita hanya mendengarkan cerita orang dengan sekadar, menanggapi seadanya tanpa mencoba memahami lebih dalam.

Jika memang waktu mampu merubah seseorang dan semua kemesraan dahulu telah menjadi semu. Biarlah mereka sadar, bahwa ada beberapa orang yang sangat peduli pada mereka dan ingin mendengarkan ceritanya dengan sungguh. Dan semoga mereka semua berbahagia.

You May Also Like

0 comments