Bird
Sebuah pertanyaan sederhana muncul dari benak seorang
yang mencoba lebih mengamati tentang dunia, tentang apa saja yang dilihat di
sekelilingnya. Ada cerita di balik setiap orang yang berjalan, di setiap meja
makan, di setiap halaman rumah. Dan selalu ada pertanyaan yang muncul saat kita
mencoba merenungkan eksistensi kita sebagai manusia - yang merasa lebih
superior dibanding segalanya, yang merasa mengetahui sepenuhnya - dan mengutarakan
apa yang menjadi kegelisahan kita.
Sebenarnya sudah lama aku memikirkan tentang hal ini,
namun muncul lagi saat aku berkunjung ke rumah kakek jauhku di kampung. Di sana
aku melihat banyak sekali burung yang dipeliharanya di dalam kandang, totalnya
ada delapan belas ekor. Kakekku ini memang gemar memelihara burung, katanya
senang saat mendengar suaranya yang indah - walaupun sebenarnya kakekku memiliki
gangguan pendengaran. Dia juga mengatakan bahwa burung disini tidak ada yang
beli, semuanya ada yang memberi atau ada juga yang tiba-tiba muncul di halaman
rumahnya. Ia memberi mereka makan setiap hari sejak kecil hingga sekarang. Dan memberi
makan serta membersihkan kandang burung bukanlah sesuatu yang mudah, perlu
kesabaran, kecuali kita memang pecinta burung yang sebenarnya.
Ada lagi cerita tentang seorang teman yang memiliki
banyak burung, menikmati mendengar suara burung dan dia sering mengikuti
perlombaan burung. Dia sering bepergian membawa burungnya ke berbagai tempat
untuk menghadiri perlombaan, berbincang dengan sesama penggemar burung dan dia juga
mengikuti berbagai klub pecinta burung. Aku tidak terlalu mengerti tentang
perlombaan kicau burung, namun tentunya perlu berbagai latihan, perawatan, dan
juga kesabaran untuk membuat burung mampu berkicau dengan indah, kecuali kita
memang pecinta burung yang sebenarnya.
Pecinta burung? Mungkin belakangan ini aku terlalu
skeptis dengan orang-orang dan cinta. Benarkah cinta namanya jika kita lebih
memilih untuk mengurung seekor burung di kandang yang kecil, sendiri terpisah
dari keluarga, walaupun dengan kemewahan makanan dan perawatan, hanya untuk
menikmati rupa dan suaranya; ketimbang membiarkan mereka di habitat yang
seharusnya dimana mereka bisa terbang bebas semaunya? Benarkah semua tindakan
ini? Seperti halnya manusia yang hidup, burung dan binatang lainnya juga
memiliki kehidupan. Burung ditakdirkan untuk terbang di angkasa yang luas,
tinggal bersama keluarga mereka juga. Entahlah aku juga tidak yakin, aku merasa
skeptis terhadap diri sendiri.
Jika kita lihat di sekeliling, pemandangan ini tentu
tidak asing bagi kita. Banyak rumah terdapat burung yang di pelihara di dalam
kandang, dari berbagai jenis, berbagai rupa dan suara. Alasannya tentu karena
pecinta burung, senang mendengar suaranya, atau hanya ikut-ikutan saja. Atau coba
kita lihat ke sekeliling juga, di langit, di pohon, di sawah, di atap rumah,
banyak juga burung yang beterbangan kesana kemari dengan bebasnya. Pada
akhirnya tentu kita - yang merupakan manusia - yang mampu menentukan mana yang benar
dan salah.
Satu hari aku pernah melihat burung yang begitu indah di
tengah pedesaan, warnanya biru, ekornya panjang mengesankan, suaranya
melengking, aku memandangnya dengan penuh rasa takjub. Ada rasa ingin
memilikinya - seperti halnya tiap manusia - namun mungkin lebih baik untuk
membiarkannya tetap seperti itu. “Alam memang menyimpan begitu banyak keindahan”,
begitu pikirku. Dan di rumah aku juga memelihara burung sebenarnya, di dapur. Mereka
sudah membuat sarang sejak rumah ini pertama kali didirikan, dan kami tetap
membiarkannya seperti itu. Mereka pergi, terbang bebas semaunya mencari makan,
bercengkrama, namun kembali lagi kemari karena rumah kami adalah rumah mereka
pula.
0 comments