Bird

by - Maret 17, 2019


Sebuah pertanyaan sederhana muncul dari benak seorang yang mencoba lebih mengamati tentang dunia, tentang apa saja yang dilihat di sekelilingnya. Ada cerita di balik setiap orang yang berjalan, di setiap meja makan, di setiap halaman rumah. Dan selalu ada pertanyaan yang muncul saat kita mencoba merenungkan eksistensi kita sebagai manusia - yang merasa lebih superior dibanding segalanya, yang merasa mengetahui sepenuhnya - dan mengutarakan apa yang menjadi kegelisahan kita.

Sebenarnya sudah lama aku memikirkan tentang hal ini, namun muncul lagi saat aku berkunjung ke rumah kakek jauhku di kampung. Di sana aku melihat banyak sekali burung yang dipeliharanya di dalam kandang, totalnya ada delapan belas ekor. Kakekku ini memang gemar memelihara burung, katanya senang saat mendengar suaranya yang indah - walaupun sebenarnya kakekku memiliki gangguan pendengaran. Dia juga mengatakan bahwa burung disini tidak ada yang beli, semuanya ada yang memberi atau ada juga yang tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Ia memberi mereka makan setiap hari sejak kecil hingga sekarang. Dan memberi makan serta membersihkan kandang burung bukanlah sesuatu yang mudah, perlu kesabaran, kecuali kita memang pecinta burung yang sebenarnya.

Ada lagi cerita tentang seorang teman yang memiliki banyak burung, menikmati mendengar suara burung dan dia sering mengikuti perlombaan burung. Dia sering bepergian membawa burungnya ke berbagai tempat untuk menghadiri perlombaan, berbincang dengan sesama penggemar burung dan dia juga mengikuti berbagai klub pecinta burung. Aku tidak terlalu mengerti tentang perlombaan kicau burung, namun tentunya perlu berbagai latihan, perawatan, dan juga kesabaran untuk membuat burung mampu berkicau dengan indah, kecuali kita memang pecinta burung yang sebenarnya.

Pecinta burung? Mungkin belakangan ini aku terlalu skeptis dengan orang-orang dan cinta. Benarkah cinta namanya jika kita lebih memilih untuk mengurung seekor burung di kandang yang kecil, sendiri terpisah dari keluarga, walaupun dengan kemewahan makanan dan perawatan, hanya untuk menikmati rupa dan suaranya; ketimbang membiarkan mereka di habitat yang seharusnya dimana mereka bisa terbang bebas semaunya? Benarkah semua tindakan ini? Seperti halnya manusia yang hidup, burung dan binatang lainnya juga memiliki kehidupan. Burung ditakdirkan untuk terbang di angkasa yang luas, tinggal bersama keluarga mereka juga. Entahlah aku juga tidak yakin, aku merasa skeptis terhadap diri sendiri.

Jika kita lihat di sekeliling, pemandangan ini tentu tidak asing bagi kita. Banyak rumah terdapat burung yang di pelihara di dalam kandang, dari berbagai jenis, berbagai rupa dan suara. Alasannya tentu karena pecinta burung, senang mendengar suaranya, atau hanya ikut-ikutan saja. Atau coba kita lihat ke sekeliling juga, di langit, di pohon, di sawah, di atap rumah, banyak juga burung yang beterbangan kesana kemari dengan bebasnya. Pada akhirnya tentu kita - yang merupakan manusia - yang mampu menentukan mana yang benar dan salah.

Satu hari aku pernah melihat burung yang begitu indah di tengah pedesaan, warnanya biru, ekornya panjang mengesankan, suaranya melengking, aku memandangnya dengan penuh rasa takjub. Ada rasa ingin memilikinya - seperti halnya tiap manusia - namun mungkin lebih baik untuk membiarkannya tetap seperti itu. “Alam memang menyimpan begitu banyak keindahan”, begitu pikirku. Dan di rumah aku juga memelihara burung sebenarnya, di dapur. Mereka sudah membuat sarang sejak rumah ini pertama kali didirikan, dan kami tetap membiarkannya seperti itu. Mereka pergi, terbang bebas semaunya mencari makan, bercengkrama, namun kembali lagi kemari karena rumah kami adalah rumah mereka pula.

You May Also Like

0 comments